[The Silent Killer]
Para Peneliti Peringatkan Warga Dunia:
Waspadalah! Serat Mikro Plastik Ditemukan Pada Air Kemasan Hingga Air Ledeng Di Seluruh Dunia!
Sejak tahun 1950-an, manusia sudah menggunakan plastik ketika kala itu mulai ditemukan. Maka dari saat itu hingga kini, peradaban manusia telah menghasilkan plastik sebanyak kurang lebih 9 milyar ton!
Celakanya, nyaris semua plastik yang diproduksi, sangat sulit terurai oleh alam. Jikapun terurai, bukan berarti hilang musnah, tapi menjadi plastik-plastik kecil dan sangat kecil, mikroplastik. Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen, maka hal itu menuai dampak yang sangat membahayakan pada saat ini terhadap peradaban manusia.
Tak hanya mikroplastik, beberapa turunannya pun juga tak bisa dihancurkan dan hanya menjadi potongan kecil-krcil hingga ukuran mikro. Mereka adalah:
- Microplastic
Mikroplastik (microplastics) adalah partikel plastik kecil yang ada di alam atau di lingkungan.
Meskipun ada beberapa pertentangan atas ukurannya, Administrasi Kelautan & Atmosfer Nasional AS atau the U.S. National Oceanic & Atmospheric Administration, telah mengklasifikasikan mikroplastik adalah cuwilan plastik dengan ukuran yang sangat kecil (mikro) dengan diameter kurang dari 5 mm.
Namun dari alam, mikroplastik yang banyak ditemukan berukuran jauh lebih kecil lagi, hingga kurang dari 1 mm saja. Mikroplastik berasal dari berbagai sumber, termasuk kosmetik, pakaian, dan banyak dari proses industri lainnya.
- Microbeads
Microbeads atau manik-manik plastik mikro, adalah plastik mikro berbentuk bulat yang diproduksi dari partikel plastik padat kurang dari satu milimeter dalam dimensi terbesar mereka, yang paling sering terbuat dari polietilena tetapi didapatkan dari plastik petrokimia lainnya seperti polypropylene dan polystyrene.
Microbeads digunakan dalam produk perawatan kulit exfoliating, pasta gigi dan dalam penelitian biomedis dan ilmu kesehatan lainnya.
Microbeads dapat menyebabkan pencemaran air partikel plastik atau mikro plastik dan menimbulkan bahaya lingkungan bagi hewan akuatik di air tawar dan air laut, bahkan hewan diluar lingkungan tersebut. Hal itu dapat terjadi akibat rantai makanan yang mana hewan-hewan akuatik adalah mangsa mereka.
- Microfiber
Microfiber atau microfibre atau microplastic fibers adalah serat sintetis yang lebih halus dari satu denier atau decitex per benang, memiliki diameter kurang dari sepuluh mikrometer.
Ini lebih kecil dari diameter untaian sutra (yang kira-kira satu denier), yang itu sendiri sekitar 1/5 diameter rambut manusia.
Jenis microfiber yang paling umum dibuat dari poliester, poliamida (misalnya, nilon, Kevlar, Nomex, trogamide), atau konjugasi poliester, poliamida, dan polipropilen.
Microfiber digunakan untuk membuat tikar, rajutan, dan tenun untuk pakaian, kain pelapis, filter industri, dan produk pembersih. Bentuk, ukuran, dan kombinasi serat sintetis dipilih untuk karakteristik khusus, termasuk kelembutan, ketangguhan, penyerapan, repellency air, elektrostatik, dan kemampuan penyaringan.
Kontaminasi mikroplastik ternyata telah ditemukan dalam air keran di negara-negara di seluruh dunia. Hal yang mengenaskan ini menyebabkan adanya seruan dari para ilmuwan untuk melakukan penelitian mendesak, mengenai implikasinya yang buruk terhadap kesehatan.
Ada dua klasifikasi mikroplastik yang ada saat ini, yaitu:
- Mikroplastik Primer, dibuat dan merupakan akibat langsung dari bahan dan penggunaan produk manusia.
- Mikroplastik Sekunder, adalah fragmen plastik mikroskopik yang berasal dari pemecahan puing plastik yang lebih besar seperti bagian makroskopik yang membentuk sebagian besar di Great Pacific Garbage Patch.
Kedua jenis mikroplastik tersebut dikenali bisa bertahan di lingkungan pada tingkat tinggi, terutama pada ekosistem perairan dan lautan.
Seluruh siklus dan pergerakan mikroplastik di lingkungan belum diketahui, namun penelitian saat ini tengah dilakukan untuk menyelidiki masalah ini.
Mereka berasal dari berbagai sumber, termasuk kosmetik, pakaian, dan proses industri serta berbagai produk, seperti misalnya produk pengguna plastik dari biji plastik, bahkan pasta gigi.
Dan kemudian mencemari lingkungan dan masuk ke dalam tubuh berbagai makhluk, mulai dari ikan paus, gajah, manusia, hingga plankton bahkan patogen.
Serat plastik ditemukan juga pada air ledeng di negara-negara maju
Sejumlah sampel air keran di lebih dari selusin negara telah dianalisis oleh para ilmuwan untuk penyelidikan oleh Orb Media, yang berbagi temuan dengan Guardian. Secara keseluruhan, 83% sampel terkontaminasi serat plastik.
Amerika Serikat memiliki tingkat kontaminasi tertinggi, yaitu 94,4%, dengan serat plastik yang ditemukan di air keran yang diambil sampelnya di lokasi termasuk di Gedung Kongres, markas besar Badan Pelaksana Perlindungan Lingkungan AS, dan di Trump Tower kota New York.
Setelah AS, pada urutan selanjutnya yang memiliki tingkat tertinggi kandungan serat plastik ditemukan di Lebanon 93,8% dan urutan ketiga adalah India sebesar 82,4%. Sedangkan di air keran Indonesia memiliki tingkat kontaminasi sebesar 76,2%.
Di negara-negara Eropa termasuk Inggris, Jerman dan Prancis, memiliki tingkat kontaminasi terendah, namun kandungan serat plastiknya masih 72,2%. Rata-rata jumlah serat yang ditemukan di setiap sampel 500 ml air ledeng, berkisar antara 4,8 di AS sampai 1,9 di Eropa.
Analisis baru menunjukkan tingkat kontaminasi mikroplastik dimana-mana pada lingkungan global. Pekerjaan sebelumnya sebagian besar terfokus pada polusi plastik di lautan, yang memperkirakan orang memakan mikroplastik melalui makanan laut yang terkontaminasi.
“Kami memiliki cukup data untuk melihat satwa liar, dan dampaknya terhadap satwa liar, untuk menjadi perhatian. Jika itu berdampak [satwa liar], lalu bagaimana kita berpikir bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi kita?,” kata Dr Sherri Mason, ahli mikroplastik di Universitas Negeri New York di Fredonia, yang mengawasi analisis Orb Media.
Sebuah studi kecil yang terpisah di Republik Irlandia yang dirilis pada bulan Juni 2017 silam, juga menemukan kontaminasi mikroplastik di beberapa sampel air keran dan sumur.
“Kami tidak tahu dampak kesehatannya, dan karena alasan itulah kami harus mengikuti prinsip kehati-hatian dan berusaha keras melakukannya sekarang dan segera, jadi kami dapat mengetahui risiko yang sebenarnya,” kata Dr Anne Marie Mahon di Galway-Mayo Institute of Technology, yang melakukan penelitian.
Mikroplastik yang dapat ditularkan ke dalam tubuh
Karena plastik tidak rusak selama bertahun-tahun, maka mereka dapat tertelan dan masuk ke dalam rubuh, kemudian terkumpul di dalam tubuh dan jaringan di banyak organisme di semua binatang, mulai dari ikan paus, gajah, manusia, hingga plankton vagkan patogen.
Mahon mengatakan bahwa ada dua hal utama, yaitu: partikel plastik kecil, dan bahan kimia atau patogen, yang dapat ditempeli oleh mikroplastik.
“Jika ada seratnya, maka ada kemungkinan nanopartikel juga ada, dan tidak bisa kita ukur. Setelah mereka berada dalam kisaran nanometer, mereka benar-benar dapat menembus sel, maka itu berarti mereka dapat menembus organ, dan itu akan menimbulkan kekhawatiran,” kata Dr Anne Marie Mahon melanjutkan.
Analisis Orb Media berdasarkan penangkapan partikel-partikel microplastic berukuran lebih dari 2,5 mikron, atau 2.500 kali lebih besar dari nanometer. Mikroplastic dapat memikat bakteri yang ditemukan di air pembuangan
Mahon juga mengatakan: “Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada lebih banyak patogen berbahaya pada mikroplastik di hilir pengolahan air limbah di pabrik.”
Mikroplastik juga diketahui mengandung dan menyerap bahan kimia beracun dan jika tertelan dangat berbahaya karena sudah terkontanimasi kimia beracun tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada hewan liar menunjukkan bahwa kimia beracun ditularkan ke dalam tubuh hewan-hewan liar itu melalui perantara mikroplastik.
Prof Richard Thompson, di Plymouth University, Inggris, mengatakan kepada Orb: “Sudah sangat jelas sejak awal, bahwa plastik tersebut akan melepaskan bahan kimia tersebut, dan sebenarnya kondisi di usus akan memperlancar pelepasan yang sangat cepat.”
Penelitiannya menunjukkan bahwa mikroplastik juga ditemukan di sepertiga ikan yang tertangkap di Inggris. Hal itu tak hanya karena ikan memakan mikro plastik secara langsung saja, namun juga melalui rantai makanan.
Dalam rantai makanan hewan akuatik itu dipastikan terkandung plastik, karena awalnya tubuh plankton-plankton sebagai sumber makanan sudah terdapat mikrofiber kerena mereka mengkonsumsinya.
Maka plankton tersebut dimakan oleh ikan-ikan kecil dan ikan kecil itu akhirnya dimakan oleh ikan yang lebih besar, begitu seterusnya, lalu ditangkap dan dikonsumsi oleh manusia. Maka secara tak langsung manusia memakan mikroplastik yang sudah ada di dalam tubuh hewan-hewan akuatik sebelumnya itu.
Mikroplastik global: ada di udara dan masuk juga ke dalam produk
Skala kontaminasi mikroplastik global baru mulai menjadi jelas, dengan penelitian di Jermanm yang menemukan serat dan fragmen di semua 24 merek bir yang mereka uji, juga pada madu dan gula.
Di Paris pada tahun 2015, periset menemukan mikroplastis jatuh dari udara, yang diperkirakan menyimpan tiga sampai 10 ton serat di kota setiap tahunnya, dan juga hadir di udara di rumah-rumah penduduk.
Penelitian ini membawa Frank Kelly, profesor kesehatan lingkungan di King’s College London, untuk memberi tahu penyelidikan parlemen Inggris pada tahun 2016 silam. Ia manyatakan:
“Jika kita menghirupnya, mereka berpotensi mengirimkan bahan kimia ke bagian bawah paru-paru kita dan mungkin juga menyebar ke sirkulasi kita.“
Setelah melihat data Orb Media, Kelly mengatakan kepada Guardian bahwa penelitian sangat dibutuhkan untuk menentukan apakah menelan partikel plastik dapat berisiko pada kesehatan.
Penelitian baru ini menguji 159 sampel dengan menggunakan teknik standar untuk menghilangkan kontaminasi dari sumber lain dan dilakukan di University of Minnesota School of Public Health. Sampel berasal dari seluruh dunia, termasuk dari Uganda, Ekuador dan Indonesia!
Bagaimana mikroplastik berakhir dalam air minum, untuk sekarang masih menjadi misteri, tapi sepertinya dari salah-satu sumber yang jelas, yaitu serat berasal dari sebaran yang disebabkan oleh pakaian sehari-hari dan serpihan dari pakaian dan karpet.
Mesin pengering adalah sumber potensial lainnya, dengan hampir 80% rumah tangga di AS memiliki pengering yang biasanya menyebarkan dan meluapkannya ke udara terbuka.
“Kami benar-benar berpikir bahwa danau dan badan air lainnya dapat terkontaminasi oleh input atmosfer kumulatif. Apa yang kami amati di Paris cenderung menunjukkan bahwa sejumlah besar serat hadir dalam kejatuhan atmosfer,” kata Johnny Gasperi, di University Paris-Est Créteil, yang melakukan studi di Paris.
Serat plastik juga dapat tersebar ke dalam sistem air, dengan sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa setiap siklus mesin cuci dapat melepaskan 700.000 serat ke lingkungan.
Hujan juga bisa menyapu polusi mikroplastik, yang bisa menjelaskan mengapa sumur rumah tangga yang digunakan di Indonesia yang ditemukan juga terkontaminasi. Di Beirut, Lebanon, pasokan air berasal dari mata air alami namun 94% sampel terkontaminasi.
“Penelitian ini hanya di permukaan, tapi nampaknya sangat menggangu,” kata Hussam Hawwa, di konsultan lingkungan Difaf, yang mengumpulkan sampel untuk Orb Media.
Sistem pengolahan air standar saat ini tidak menyaring semua mikroplastik, menurut Mahon, ia berkata:
“Tidak ada tempat dimana Anda bisa mengatakan bahwa ini bukan jebakan 100%. Namun dalam hal serat, dengan diameternya 10 mikron, sangat tidak biasa untuk dapat menemukan tingkat filtrasi sedemikian rupa dalam sistem air minum kita.”
Orang berpikir bahwa air kemasan mungkin sebagai alternatif karena dianggap tidak terdapat mikroplastik seperti air ledeng, tapi nyatanya juga ditemukan di beberapa sampel air kemasan komersial yang diuji di AS oleh Orb Media.
Hampir 300 metrik ton plastik diproduksi setiap tahun dan, dengan hanya 20% didaur ulang atau diinsinerasi, sebagian besar akhirnya tetap mengotori udara, darat dan laut.
Tak hanya mikroplastik dari rumah tangga dan industri, di laut resin plastik berupa manik-manik yang dibuat untuk digunakan oleh manufaktur, yang sering disebut sebagai “nurdles” juga mencemari sungai dan lautan.
Sebuah laporan pada bulan Juli 2017 silam, ditemukan 8,3 miliar ton plastik telah diproduksi sejak tahun 1950an, dan para periset telah memperingatkan bahwa limbah plastik telah ada di mana-mana di semua jenis lingkungan.
“Kita semakin mencekik ekosistem dengan plastik, dan saya sangat khawatir bahwa mungkin ada semacam konsekuensi yang tidak diinginkan dan merugikan, yang hanya akan kita temukan saat segalanya sudah terlambat,” kata Prof Roland Geyer, dari University of California and Santa Barbara, yang memimpin penelitian ini.
Mahon mengatakan bahwa analisis air ledeng yang baru, juga masih mendapatkan bendera merah, namun dibutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk mengulangi hasilnya, menemukan sumber kontaminasi dan mengevaluasi kemungkinan dampaknya pada kesehatan.
Dia mengatakan plastik sangat berguna, namun pengelolaan limbah harus ditingkatkan secara drastis: “Kita membutuhkan plastik dalam kehidupan kita, tapi kitalah yang melakukan kerusakan dengan membuangnya dengan cara yang sangat ceroboh.”
Namun sejarah pernah membuktikan, bahwa dulu serat pohon ganja bisa dibuat menjadi bahan bakar kendaraan, kertas berkualitas, obat kanker, bahkan hingga plastik dan fiber yang juga berkualitas tinggi, tapi karena dari hasil alami maka bisa juga kembali hancur terurai alam.
Namun hal ini merupakan persaingan bisnis, hingga akhirnya dilarang dengan alasan pohon ganja atau cannabis dianggap berbahaya karena memabukkan. Perusahaan plastik senang, tapi dampaknya sekarang, sudah tak lagi menyenangkan, bahkan mengkhawatirkan dan mengancam semua manusia. (IndoCropCircles.com).
Pustaka:
- theguardian.com, Plastic fibres found in tap water around the world, study reveals
- inhabitat.com, Plastic fibers found in over 80% of tap water samples from five continents
- ikons.id, Studi mengungkapkan serat plastik ditemukan pada air ledeng di seluruh dunia
- wikipedia, Microplastics, Plastic pollution, Plastic particle water pollution,
- inhabitat.com, Microplastics have been found in mussels everywhere scientists have looked, Microfiber, Microbead,
- intechopen.com, Microplastics in Aquatic Environments and Their Toxicological Implications for Fish
- tappwater.co, How to filter and remove microplastics from tap water
VIDEO:
No comments:
Post a Comment