Lebih dari setahun yang lalu, IndoCrop Circles pernah menampilkan isyu mengenai kata Illuminati yang dibalik, menjadi itanimulli. Dan bukti itu muncul ketika kita mencoba untuk mengunjungi website itanimulli.com, yang ternyata di beli dan di-redirect oleh NSA atau Badan Keamanan Nasional AS ke website resminya yang jelas terpampang disana.
Banyak makhluk polos akhirnya mengerutkan kening. Apa hubungannya antara illuminati dan NSA? Sangat naif dan ironis jika tak mengetahuinya!
ari setahun yang lalu, IndoCrop Circles pernah menampilkan isyu mengenai kata Illuminati yang dibalik, menjadi itanimulli. Dan bukti itu muncul ketika kita mencoba untuk mengunjungi website itanimulli.com, yang ternyata di beli dan di-redirect oleh NSA atau Badan Keamanan Nasional AS ke website resminya yang jelas terpampang disana.
Banyak makhluk polos akhirnya mengerutkan kening. Apa hubungannya antara illuminati dan NSA? Sangat naif dan ironis jika tak mengetahuinya!
Maraknya pemberitaan mengenai salah satu program pemerintah Amerika Serikat melalui badan rahasianya National Security Agency (NSA) bernama PRISM memantik komentar dari seluruh dunia.
PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet.
Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Apabila tidak mengakses internet, tidak hanya dari segi bisnis, dari segi pribadi pun juga akan terhambat dalam proses pencarian informasi. Karena, semua informasi di dunia nyata tidak secepat di dunia maya.
Penduduk AS bagai ‘sandera’ di negeri sendiri
Meskipun menjunjung tinggi yang namanya demokrasi dan kebebasan, nampaknya warga Amerika Serikat justru tak bisa bebas di negerinya sendiri. Hal ini terlihat dari diberlakukannya undang-undang NSA yang mampu melihat apapun isi dari aktivitas elektronik warga sipil.
Seperti yang dilansir oleh Mashable (6/6/13), lewat program yang dinamakan PRISM ini, memang NSA berhak untuk meminta data apapun dari penyedia layanan elektronik termasuk seluler dan internet.
Oleh karenanya, mulai dari Facebook, Google, Microsoft, Yahoo, PalTalk, AOL, Skype, YouTube dan Apple pun harus menuruti hal ini tanpa terkecuali.
Menanggapi hal ini, perusahaan teknologi raksasa tersebut pun terlihat seakan tak memiliki daya apapun untuk menolaknya. Hal ini terlihat dari Google yang mau-mau saja memberikan data apapun jika diminta oleh NSA.
“Google tak memiliki pintu belakang (back door) yang memersilahkan pemerintah untuk mengakses data, namun Google mengakui kalau mereka memberikan data apapun yang diminta pemerintah demi tujuan hukum,” kata seorang juru bicara Google kepada sebuah harian.
Sebelumnya, NSA juga belakangan diketahui mengumpulkan berbagai data percakapan ponsel penduduknya yang menggunakan provider Verizon. Hal ini pun dilakukan dengan rahasia tanpa adanya tujuan yang jelas
Apa yang dilakukan oleh pemerintah AS kepada penduduknya ini pun seolah merupakan pelecehan terhadap asas kebebasan yang selama ini dijunjung tinggi di negaranya. Di mana penduduk dijamin agar bebas mengungkapkan pendapatnya, kini mereka malah seperti dipenjara di negeri tersebut.
Yahoo dipaksa beberkan informasi penggunanya
Beredar informasi bahwa selama ini Yahoo telah dipaksa membocorkan data pribadi penggunanya pada pemerintah AS. Kabar ini tersiar setelah Edward Snowden membocorkan rahasia NSA (National Security Agency) terkait upaya NSA menggandeng beberapa raksasa internet untuk memata-matai publik.
Dalam dokumen pengadilan yang berhasil didapatkan New York Times tersebut dijelaskan bahwa Yahoo sempat berjuang keras di pengadilan, meskipun akhirnya pihak NSA dinyatakan menang.
Pengadilan memutuskan NSA (National Security Agency) berhak memaksa Yahoo menyerahkan data penggunanya demi kepentingan keamanan negara.
Pihak Yahoo sendiri menolak mengakui telah membocorkan data pribadi pengguna jasa mereka. “Yahoo! tidak pernah bergabung dalam program yang mengharuskan kami menyerahkan data pada pemerintah AS,” jelas Ron Bell, Yahoo General Counsel, dalam sebuah posting Tumblr Sabtu (15/06/13) kemarin.
“Kami tidak pernah membocorkan data pengguna. Kalaupun ada data yang kami serahkan, itu karena ada permintaan yang spesifik,” lanjutnya seperti dikutip dari Daily Mail (15/06).
Terbongkarnya kasus Yahoo vs NSA ini tak lepas dari campur tangan Edward Snowden, administrator sistem NSA, yang membawa informasi terkait proyek PRISM keluar dari kantor NSA dalam sebuah flash disk.
Yahoo! kalah melawan NSA hanyalah akal bulus Amerika Serikat?
Kabar yang sedang santer beredar saat ini adalah keterlibatan Yahoo! akan pembocoran data pribadi penggunanya. Sejak serangan 11 September, ketakutan Amerika Serikat akan teroris semakin meningkat.
Oleh karenanya, pada era kepemimpinan George W Bush, dia lebih meningkatkan lagi suatu operasi khusus atau Special Source Operation atau yang dinamakan PRISM yang menggandeng 100 perusahaan terkemuka di Amerika Serikat sejak tahun 1970an di bawah pengawasan langsung suatu badan yang dinamakan NSA (National Security Agency).
Walaupun beberapa perusahaan menolak dan ada yang secara langsung melakukan aksi ‘boikot kecil-kecilan’ akan program PRISM ini, namun tidak sedikit yang secara tidak transparan mengikutinya.
Bahkan ada yang mencoba menyeret kasus ‘setor data’ pengguna ini ke pengadilan. Salah satunya adalah Yahoo!. Seperti yang dikabarkan Huffington Post(14/06/13), sayangnya, Yahoo! akhirnya harus kalah karena pengadilan lebih memenangkan pihak NSA dan PRISM-nya.
Sebelum berita mengenai keterlibatan Yahoo! akan program PRISM mencuat, perusahaan di bawah kepemimpinan Marissa Mayer ini berjuang mati-matian untuk menolak PRISM dan menjelaskan kepada publik bahwa mereka tidak mendukung PRISM apa lagi menyerahkan data penggunanya ke NSA.
Ron Bell, Yahoo! General Counsel, menuliskan dalam Tumblr pribadinya,
“Yahoo! tidak ikut PRSIM atau program apapun yang bertujuan untuk membocorkan data pengguna ke pihak pemerintah (Amerika Serikat).”
Terbongkarnya kasus Yahoo vs NSA ini tak lepas dari campur tangan Edward Snowden, administrator sistem NSA, yang membawa informasi terkait proyek PRISM keluar dari kantor NSA dalam sebuah flash disk.
Bell juga mengatakan bahwa bocornya data pengguna mereka akibat ada ‘pencurian’ dan keteledoran pihaknya dalam proteksi data pengguna. Selain itu, sebelum kasus ini muncul, pihak pemerintah Amerika Serikat juga terus menerus menekan Yahoo! agar mereka menyerahkan data penggunanya ke NSA.
Seperti halnya Yahoo!, Google dan Facebook juga membantah keras akan keterlibatan mereka akan program PRISM. Sebelum ini, Google dan Facebook merupakan dua perusahaan raksasa yang banyak disorot dengan melonjaknya pemberitaan mengenai PRISM.
Namun, apa yang dilontarkan Google dan Facebook akan ketidakterlibatan mereka akan program PRISM menuai kritikan dari berbagai pihak. Bahkan yang menjadikan pernyataan mereka ambigu adalah satu kalimat yang sama persis, “We had not heard of a program called PRISM from yesterday,” seperti yang dituliskan Mark Zuckerberg dalam account Facebook pribadinya dan dalam Google blog.
Walaupun Yahoo!, Google, Facebook atau lainnya bersikeras membantah dan mengatakan tidak ikut dalam program PRISM, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa ada satu pengadilan yang dinamakan ‘Secret Court’ atau pengadilan rahasia?
Kenapa rahasia? Apakah hal tersebut hanyalah akal-akalan pemerintah Amerika Serikat, NSA dan perusahaan raksasa sebagai pengalihan isu saja?
Yahoo “Secret Court” turunkan kepercayaan portal asal AS
Sedangjan praktisi keamanan teknologi informasi menilai langkah penyadapan yang dilakukan National Security Agency (NSA) atas perintah secret courtmerupakan pelanggaran yang serius dan berdampak pada menurunnya kepercayaan pengguna Internet di dunia pada portal dan infrastruktur di Amerika Serikat.
“Perlu ditekankan di sini bahwa pengguna Yahoo datang dari seluruh dunia dan bukan dari Amerika Serikat saja. Kalau ada negara lain yang bisa memberikan solusi dan aplikasi serupa seperti portal asal AS itu, bakal jadi pukulan serius bagi negara Paman Sam tersebut,” ujar Alfons Tanujaya, pakar keamanan Internet dari Vaksincom, Minggu (16/6/13) lalu.
Menurut dia, negara-negara yang selama ini jadi lawan AS akan berusaha menghindari atau memblok portal yang berdomisili di AS dan portal alternatif pesaing Google, Facebook, dan lainnya yang tidak memiliki data center di AS akan mendapatkan keuntungan dari hal ini.
Seperti diketahui, media Inggris Guardianmempublikasikan laporan mengejutkan pada 7 Juni 2013 terkait dengan aksi penyadapan oleh National Security Agency (NSA) terhadap sejumlah raksasa Internet dunia, meliputi Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, YouTube, Skype, dan AOL merupakan bagian dari PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) yang memungkinkan pejabat NSA untuk mengakses isi email, transfer file, dan lainnya.
Hal tersebut, seperti dilansir Guardian, terungkap setelah NSA mengumpulkan data panggilan telepon pelanggan Verizon, salah satu operator telekomunikasi terbesar di AS, atas perintah pengadilan rahasia.
Kominfo nilai kebijakan AS soal penyadapan adalah melanggar HAM
Tentu saja, hal penyadapan seperti itu menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika RI adalah hal yang salah. Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto mengaku tidak mengetahui referensi hukum apa yang dipakai untuk menerobos aturan tersebut. Bahkan Gatot menilai langkah National Security Agency (NSA) yang menyadap 7 raksasa Internet di Amerika Serikat adalah melanggar hak azazi manusia (HAM).
“Hanya saja, sejak peristiwa 9 September terhadap gedung WTC, pemerintah AS secara tidak tertulis diberi kewenangan extraordinary oleh berbagai negara untuk melakukan tindakan tertentu termasuk penyadapan khusus, namun menurut hemat kami, penyadapan itu tetap keliru,” tuturnya, Minggu (16/6/13).
Inikah bukti Facebook dan Google ikut program PRISM?
PRISM, NSA dan program memerangi teroris yang digalakkan Amerika Serikat melalui internet kembali panas setelah Yahoo! kalah di Secret Court. Tidak hanya Yahoo!, Google dan Facebook juga disorot tentang keterlibatan mereka atas program PRISM.
Yahoo! dinyatakan kalah di pengadilan rahasia, ‘Secret Court,’ melawan NSA (National Security Agency) dengan kasus pembocoran data pengguna ke pemerintah Amerika Serikat.
Sebelum pengadilan tersebut dilakukan, Facebook, Google, Microsoft dan Apple juga termasuk dari banyak perusahaan lain yang ikut disorot tentang hal yang sama.
Uniknya, Mark Zuckerberg di account Facebook pribadinya dan juga pihak Google melalui blog mereka, di awal bulan Juni lalu, menyatakan bahwa mereka justru tidak mengetahui apa itu yang dinamakan PRISM.
Tidak hanya itu, keduanya (Facebook dan Google) juga menuliskan satu kalimat yang sama yaitu, “We had not heard of program called PRISM until yesterday.”
Menjadi suatu hal yang terdengar sedikit lucu, mengutip dari penjelasan di Wikipedia, Facebook dan Google bergabung dalam program PRISM sejak tahun 2009 lalu! Bagaimana bisa mereka tidak mengetahui apa itu PRISM apabila sudah beberapa tahun lalu ikut dalam program itu?
Sebuah dokumen rahasia yang pernah diungkapkan secara tidak sengaja oleh anggota Central Intelligence Agency (CIA) yang juga bekerja di NSA dan dipublikasikan oleh Washington Post dan The Guardianpada tanggal 06 Juni 2013 lalu mencantumkan banyak nama perusahaan besar yang ikut serta dalam program PRISM ini. Di antara nama-nama tersebut juga mencatut Google serta Facebook di dalamnya.
Pernyataan yang sama antara Mark Zuckerberg mewakili Facebook dan Google di blog resminya terkait program PRISM
Tidak hanya di Indonesia saja, banyak orang di seluruh dunia yang juga mengakses Facebook dan Google setiap harinya. Dari banyaknya pengguna itu, secara tidak langsung, data-data tersebut juga akan tersimpan dan terekam dalam server perusahaan-perusahaan penyedia layanan data.
Dengan diserahkannya data pengguna itu, maka dapat dibilang tidak ada lagi apa yang dinamakan privasi.!
Bahkan menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Gatot S Dewa Broto, program PRISM yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar dengan pengguna melebihi 1 miliar orang itu telah melanggar HAM.
Jadi, keputusan tetap ada di tangan Anda, tetap lanjut untuk mengakses internet atau account jejaring sosial atau lainnya yang secara tidak langsung turut memperkaya proses pengumpulan data oleh perusahaan-perusahaan penyedia layanan di internet atau bisa juga berhenti sejenak.
Untuk sementara, Twitter masih aman dari jerat ‘tentakel’ PRISM
Sebelum dan sesudah kekalahan Yahoo! di ‘Secret Court’ melawan NSA terkait masalah PRISM, tidak sedikit perusahaan raksasa dunia yang disorot dengan hal yang sama. Namun kabarnya, justru Twitter lepas dari program tersebut.
Yahoo! dinyatakan kalah melawan NSA dan program PRISM-nya di pengadilan (Secret Court). Sorotan tajam pun publik langsung mengarah ke perusahaan dengan CEO bernama Marissa Mayer ini, benarkah mereka melakukan konspirasi dengan akal-akalan kalah di pengadilan?
Sebelum kasus Yahoo! naik di pengadilan, sejumlah perusahaan besar khususnya Google, Microsoft, Facebook dan Apple juga tengah disorot akan hal yang sama. Menjadi satu hal yang masuk akal karena perusahaan-perusahaan tersebut miliki pengguna lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia.
Uniknya, seperti dituliskan oleh Huffington Post(14/06/13), ada kabar baru menyebutkan bahwa justru pihak National Security Agency (NSA) milik Amerika serikat yang mendalangi program PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) tidak tertarik untuk mengusik Twitter.
Dalam laporan tersebut, Twitter dipandang masih belum layak untuk diintervensi karena situs microblogging ini memiliki jumlah pengguna yang lebih sedikit dibandingkan dengan Facebook atau sekelas situs jejaring sosial bahkan perusahaan raksasa lainnya.
Akan tetapi, walaupun kabar yang mencuat boleh dibilang masih amatir karena belum ada bukti bahwa Twitter lepas dari jeratan ‘tentakel’ PRISM, namun tidak menutup kemungkinan semua perusahaan di dunia yang diakses dan menyimpan data pengguna akan segera ‘diobok-obok’ oleh NSA, termasuk juga Twitter, Pinterest, Tumblr, Instagram atau lainnya.
Walaupun begitu, Twitter tetap berjuang seperti yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar lainnya untuk terus melawan kediktatoran Amerika Serikat melalui NSA dengan program PRISM-nya itu agar semua data penggunanya tetap aman. Akankah Twitter dan jejaring sosial lainnya akan tetap aman di kemudian hari?
Tolak PRISM, Mozilla berani lawan pemerintah AS
PRISM yang dibangun NSA untuk menguntit data pengguna memang membuat banyak perusahaan teknologi besar dunia tunduk. Namun, bukan berarti tidak ada juga yang berani menolak dan melawan.
Mozilla contohnya, bersama dengan puluhan organisasi dan perusahaan teknologi lainnya, mereka membuat komitmen untuk melawan PRISM. Hal ini pun dibuktikan dengan membuat sebuah laman khusus berisi petisi penghentian PRISM.
Dengan halaman website yang beralamat di optin.stopwatching.us, semua organisasi ini mengajak partisipasi setiap orang untuk turut mengisi petisi. Mereka meminta baik individu maupun organisasi agar ikut menentang tindakan yang dilakukan oleh badan federal Amerika, NSA ini.
Hingga saat ini sendiri sudah terkumpul 250 ribu lebih dukungan terhadap petisi ini. Hal ini terhitung cepat mengingat petisi ini baru dibuka tanggal 19 Juni kemarin waktu Amerika Serikat.
Melihat fenomena seperti ini sendiri memang cukup miris. Saat konglomerasi besar seperti Facebook, Yahoo!, hingga Google mau menuruti PRISM, justru organisasi nirlaba seperti Mozilla yang berani terang-terangan menolaknya.
Maraknya pemberitaan mengenai NSA dengan program PRISM-nya memang memunculkan reaksi keras baik dari publik maupun perusahaan yang bergerak di bidang internet. Menjadi satu hal yang dilematis memang, karena saat ini internet seperti sudah menjadi salah satu hal pokok yang dibutuhkan oleh banyak orang di dunia.
Apabila tidak mengakses internet, tidak hanya dari segi bisnis, dari segi pribadi pun juga akan terhambat dalam proses pencarian informasi. Karena, semua informasi di dunia nyata tidak secepat di dunia maya..!
(sumber: Mashable/New York Times/Tumblr/Daily Mail/Huffington Post/Vaksincom/Merdekacom/ Washington Post/ Guardian/ Foxnews/ voaindonesia.com/ berbagai sumber lainnya
No comments:
Post a Comment