[Bahas Tuntas] “Epigenetika“, Penyebab LGBT Yang Salah Satunya Berasal Dari Makanan
Epigenetics Warning: What You Eat Today Could Harm The Health of Your Children and Grandchildren. There is no gay or lesbian sex. There is only sex acts that people of any sexual orientation could do or not do. This is social engineering to manufacturing of human and ro controlling human behavior.
Ada desain besar yang harus dipahami oleh semua pihak di balik kampanye LGBT, karena merupakan salah satu “alat tunggangan” dari agenda besar para elit dunia dalam mengurangi jumlah penduduk (depopulation) di suatu negeri.
Apakah LGBT kelainan jiwa? Apakah suatu penyakit? Apakah bisa disembuhkan? Apakah mereka bisa kembali normal? Untuk mengetahuinya, baik Anda seorang LGBT atau pun tidak, maka ikuti dan baca terus secara tuntas pada artikel IndoCropCircles tentang LGBT dari sudut pandang scientific secara tuntas pada kali ini dan belum pernah ada di artikal lainnya.
LGBT atau GLBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Apakah LGBT salah? Menurut Al-Quran perilaku itu salah. Menurut Alkitab perilaku itu juga salah. Menurut hukum alam perilaku itu juga salah.
Manusia secara alami diciptakan sebagai pria dan wanita, agar mereka dapat berkembang biak secara natural. Bayangkan jika Tuhan menciptakan hanya satu gender, maka Anda tak akan pernah lahir. Sangat simple. Jadi jelas itu salah.
Pada hari Jumat 26 Juni 2015 lalu, Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis di 50 negara bagian.
Jika menurut kitab-kitab suci agama LGBT adalah perilaku yang jelas-jelas salah, lalu mengapa di banyak negara LGBT dilegalkan?
Pertanyaan itu masih merupakan pertanyaan mudah untuk dijawab, bagi kami. Seharusnya yang ditanyakan adalah, jika mereka mengaku memang beragama, mengapa LGBT dilegalkan oleh mereka? Apakah mereka benar-benar beragama?
Umat beragama pastinya selalu mengikuti apa yang ada di kitab-kitab suci mereka, itu pasti, bukan apa yang diingini oleh kaumnya, yaitu kebebasan tanpa batas. Walau Tuhan memang menciptakan segalanya tanpa batas, namun karena itulah maka agama diturunkan melalui kitab suci agar manusia memiliki batasan yang menggoda iman mereka, kitab suci adalah panduan.
Itu artinya bahwa Tuhan memberikan hidup kepada manusia di dunia yang sengaja dipenuhi oleh kebaikan dan keburukan, adalah sebagai ujian terhadap imannya sebelum akhirnya jiwa manusia kembali kepadaNya dengan membawa “catatan” hasil dari test iman mereka dari segal ajenis hawa nafsu mulai dari kesombongan hingga kemusyrikan selama di dunia.
Istilah LGBT
Istilah LGBT adalah singkatan dari: lesbian (menyukai sesama wanita), gay (menyukai sesama pria), bi-seksual (menyukai wanita dan juga pria), dan trans-gender (menyukai sesama jenis, dan mengubah dirinya menjadi lawan jenisnya).
LGBT ini digunakan semenjak tahun 1990-an silam dan menggantikan frasa “komunitas gay, karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.
Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman “budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender”. Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.
Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar queer dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga terwakili, contohnya: “LGBTQ” atau “GLBTQ“, tercatat semenjak tahun 1996.
Huruf lain yang dapat ditambahkan adalah “U” untuk “unsure” (tidak pasti); “C” untuk “curious” (ingin tahu); “I” untuk interseks; “T” lain untuk “transeksual” atau “transvestit”; “T”, “TS”, atau “2” untuk “Two‐Spirit”; “A” atau “SA” untuk “straight allies” (orang heteroseksual yang mendukung pergerakan LGBT); atau “A” untuk “aseksual”.
Ada pula yang menambahkan “P” untuk panseksualitasatau “polyamorous,” dan “O” untuk “other” (lainnya). Istilah panseksual, omniseksual, fluid, dan queer dianggap masuk ke dalam “biseksual”. Demikian pula, bagi beberapa orang istilah transeksual dan interseks masuk ke dalam “transgender”, meskipun banyak transeksual dan interseks yang menolaknya.
Ada pula istilah “SGL” (“same gender loving“, pecinta sesama jenis) kadang-kadang digunakan orang Afrika-Amerika untuk memisahkan diri dari komunitas LGBT yang menurut mereka didominasi orang kulit putih.
Ada pula istilah “MSM” (“men who have sex with men“, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) secara sinis dipakai untuk mendeskripsikan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain tanpa merujuk pada orientasi seksual mereka.
Ada pula frase “MSGI” (“minority sexual and gender identities“, identitas seksual dan gender minoritas) yang diperkenalkan pada tahun 2000-an digunakan untuk merangkum semua huruf dan akronim, namun masih belum banyak digunakan.
Majalah Anything That Moves menciptakan akronim FABGLITTER (Fetish seperti komunitas gaya hidup BDSM (merupakan kegiatan alternatif seksual yang melibatkan suatu Roleplay atau Permainan Peran), Allies atau poly-Amorous, Biseksual, Gay, Lesbian, Interseks, Transgender, Transsexual Engendering Revolution (Revolusi Kelahiran Transeksual) atau inter-Racial attraction (ketertarikan antar ras), tetapi istilah ini juga tidak banyak digunakan.
Akronim lain yang mulai menyebar pengunaannya adalah QUILTBAG (Queer/Questioning, Undecided (belum ditentukan), Interseks, Lesbian, Trans, Biseksual, Aseksual, Gay). Akan tetapi, istilah ini juga belum umum.
Istilah-istilah dan singkatan diatas perlu kami sebutkan supaya Anda dapat mengetahui untuk dapat mendeteksi keberadaan mereka atau kelompok mereka yang biasanya disembunyikan (secret societies) terutama di negara-negara yang tak mengakui mereka, untuk dapat melebarkan pengaruhnya atau menyebarkan soal paham mereka kepada lainnya, serta agar mereka tak berusaha untuk memberikan pengaruh kepada yang lainnya baik itu ditengah masyarakat di Indonesia ataupun di dunia.
Kelainan ketertarikan seksual yang sejak zaman nabi Luth ini telah ditegur keras, kini kembali, dan pada masa kini, mereka sudah memasuki semua agama dan kepercayaan, juga nyaris semua negara, ras atau suku, serta golongan di seluruh dunia.
Agenda Besar Para Elit Dunia
Kaum LGBT pada masa ini telah masuk ke dalam lintas agama, sosial, suku, ras, budaya, negara, politik dan antar golongan. Dan sepertinya hanya negara Korea Utara saja yang masyarakatnya tak mengenal LGBT.
Hal ini terbukti dalam program National Geographic Channel: Inside North Korea, dimana masyarakat di negara itu tak tahu apa itu lesbian, juga apa itu gay (homoseksual). Masyarakat yang ditanya secara acak atau random hanya mengerutkan kening sambil berfikir, dan balik bertanya, “Apa itu?”
Bahkan di Korea Utara yang dianggap komunis dan memiliki pemimpin diktator serta negaranya begitu tertutup oleh informasi dari sistim Dajjal, terbukti tidak ditemui adanya kasus atau korban HIV apalagi AIDS, alias nol.
Berbeda di Korea Utara, berbeda di negara lain. Kini, kaum LGBT mulai terang-terangan berusaha mengajak masyarakat untuk merubah orientasi seksnya dari normal ke arah LGBT di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, mereka berani meminta supaya LGBT diakui sebagai sebuah kenormalan, maka sudah waktunya negara bersikap tegas!
Ada desain besar yang harus dipahami oleh semua pihak di balik kampanye LGBT, karena merupakan salah satu “alat tunggangan” dari agenda besar para elit dunia dalam mengurangi jumlah penduduk (depopulation) di suatu negeri.
Dengan menikah atau berhubungan sesama jenis, maka tidak akan menghasilkan keturunan dan itu rawan terkena berbagai macam penyakit berat, misalnya jika terjadi pendemik penyakit AIDS, sehingga menyebabkan pertumbuhan penduduk menjadi negatif. Bahkan secara statistik, LGBT mampu mengerem dan menurunkan pertumbuhan suatu negeri.
Karena itu, pemerintah tetap perlu memberikan hak-haknya bagi siapa saja yang mengalami masalah LGBT yang ingin menjadi normal. Tetapi, jika mereka mengkampanyekan LGBT apalagi menularkan kepada orang lain yang normal, maka negara harus turun tangan untuk menyelesaikannya.
Karena jika tidak, selain memangkas penduduk, maka anak-anak hasil adopsi kaum ini akan dikontrol pikirannya terutama oleh orang tua mereka, untuk menjadi kaum yang sama seperi orang tuanya, begitulah seterusnya.
Begitu juga misal, jika mereka tetap ingin punya anak kandung secara genetika, maka telah terjadi epigenetika pada genome yang lebih dibanding anak normal. Karena kelangsungan turunan mempengaruhi bagaimana ayah ibunya, bagaimana kakek neneknya, dan seterusnya.
LGBT, mengapa bisa terjadi?
Seperti dijelaskan secara singkat diatas, dalam LGBT terdiri dari empat jenis perubahan ketertarikan seksual yaitu:
- (L) Lesbian, (menyukai sesama wanita) adalah termasuk homoseksualitas, yaitu rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama, dalam hal ini sesama wanita atau perempuan. Lesbian sendiri adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual.
Istilah ini dapat digunakan sebagai kata benda jika merujuk pada perempuan yang menyukai sesama jenis, atau sebagai kata sifat apabila bermakna ciri objek atau aktivitas yang terkait dengan hubungan sesama jenis antar perempuan.
Di Indonesia, beberapa kaum lesbian muncul karena ketidakpuasan mereka terhadap perlakuan laki-laki, misalnya karena kekerasan yang mereka terima. Selain itu, memang mereka terlahir untuk menjadi lesbian secara alami.
- (G) Gay, (menyukai sesama pria) juga termasuk homoseksualitas, adalah rasa ketertarikan romantis dan/atau seksual atau perilaku antara individu berjenis kelamin atau gender yang sama.
Sebagai orientasi seksual, homoseksualitas mengacu kepada “pola berkelanjutan atau disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang, atau ketertarikan romantis” terutama atau secara eksklusif pada orang dari jenis kelamin sama, “Homoseksualitas juga mengacu pada pandangan individu tentang identitas pribadi dan sosial berdasarkan pada ketertarikan, perilaku ekspresi, dan keanggotaan dalam komunitas lain yang berbagi itu.”
Homoseksualitas adalah salah satu dari tiga kategori utama orientasi seksual, bersama dengan biseksualitas dan heteroseksualitas, dalam kontinum heteroseksual-homoseksual.
- (B) Bi-Seksualitas, (menyukai wanita dan juga pria) merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau kebiasaan seksual kepada dua jenis (bi=artinya dua) yaitu pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus.
Istilah ini juga didefinisikan sebagai meliputi ketertarikan romantis atau seksual pada semua jenis identitas gender atau pada seseorang tanpa mempedulikan jenis kelamin atau gender biologis orang tersebut, yang terkadang disebut panseksualitas.
Biseksualitas adalah salah satu dari tiga klasifikasi utama orientasi seksual, bersama dengan heteroseksualitas dan homoseksualitas, yang masing-masing merupakan bagian dari Rangkaian kesatuan heteroseksual-homoseksual.
Suatu identitas biseksual tidak harus memiliki ketertarikan seksual yang sama besar pada kedua jenis kelamin; biasanya, orang-orang yang memiliki ketertarikan pada kedua jenis kelamin tetapi memiliki tingkat ketertarikan yang berbeda juga mengidentifikasikan diri mereka sebagai biseksual. Biseksualitas umumnya dikontraskan dengan homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas.
- (T) Trans-Gender, (menyukai sesama jenis, dan mengubah fisik dirinya menjadi lawan jenisnya) merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Transgender bukan merupakan orientasi seksual (yaitu kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan seksual, romantis, atau emosional), namun seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual, maupun aseksual.
Di Thailand yang memiliki banyak transgender sebagai komoditas turis disebut sebagai Kathoey, adalah istilah dalam Bahasa Thai yang mengacu pada salah seorang wanita transgender atau laki-laki gay feminin di Thailand.
Sejumlah besar masyarakat di Thailand menganggap kathoey sebagai bagian gender ketiga, termasuk bagi banyak kathoey sendiri, sementara yang lain melihat mereka baik sebagai tipe laki-laki atau tipe wanita.
Individu transgender dapat memiliki karakteristik yang biasanya dikaitkan dengan gender tertentu dan dapat pula mengidentifikasi gender mereka di luar dari definisi umum yaitu seperti agender, gender netral, genderqueer, non-biner, atau gender ketiga.
Seseorang yang transgender dapat pula mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang yang bigender, pangender, atau mencakup bagian-bagian dari beberapa rangkaian kesatuan transgender yang umum atau juga mencakup bagian lainnya yang berkembang dengan adanya studi-studi terkini yang lebih rinci.
Awalnya banyak pakar menduga alasan orang cenderung menyukai sesama jenisnya adalah karena adanya ‘gen gay’ di dalam dirinya. Namun sebuah studi baru mengungkapkan temuan itu tidaklah akurat.
Menurut studi ini ada proses tertentu bernama epigenetika (epigenetic / ep·i·ge·net·ic /ˌepijəˈnetik)yang bisa menjelaskan mengapa homoseksualitas terjadi dalam sebuah keluarga. Untuk menjelaskannya ada pada akhir di artikel ini.
Sejauh ini hukum nasional Indonesia tidak mengkriminalisasikan homoseksualitas. Hal ini berbeda dengan hukum mengenai sodomi di negara jiran, Malaysia, produk hukum warisan kolonial Inggris yang mengkriminalisasikan tindakan homoseksual, atau lebih spesifik tindakan anal seks. Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju.
Lebih dari 3.000 Anak Indonesia Masuk Jaringan LGBT
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan dari hasil sensus dan riset awal 2016 lalu, ada ribuan anak Indonesia yang telah masuk jaringan kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
“Ada 3.000-an anak-anak sekarang yang masuk jaringan gay ini,” kata Yohana di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, pada Februari 2016 lalu. Yohana menuturkan data tersebut belum resmi. Pihaknya masih melakukan pendataan.
Ia akan mengajak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk memberikan penyuluhan terkait LGBT pada anak-anak. “Ini merupakan hal emergency yang perlu ditangani secepatnya khusus untuk anak-anak,” Yohana menegaskan.
Ratusan situs internet berkonten LGBT & Pornografi diblokir Pemerintah
Sebanyak 477 situs berkonten radikalisme, pornografi, dan lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau “LGBT” sudah diblokir sejak Februari 2016, dan pastinya akan terus bertambah.
“Masalah pornografi dan radikalisme di Indonesia memutuskan pemblokiran 477 situs yang mengandung LGBT, pornografi, dan radikalisme,” kata Azhar Hasyim, Direktur e-Business Ditjen Aplikasi dan Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika .
Tindakan tersebut dilakukan setelah rapat gabungan dua panel bidang pornografi dan radikalisme, serta para perwakilan “Over The Top” (OTT) di kantor Kemkominfo.
Menurut Azhar Hasyim, pemblokiran tersebut berdasarkan laporan dari masyarakat yang resah terkait propaganda “LGBT”, pornografi, dan radikalisme. Selain itu, kata dia, pihaknya juga memblokir situs blog Tumblr, karena banyak mengandung konten pornografi.
Ilmuwan Dunia: Individu LGBT Adalah Epigenetika
Sebuah studi baru mengungkapkan temuan, ada proses tertentu bernama epigenetika yang bisa menjelaskan mengapa homoseksualitas terjadi dalam sebuah keluarga.
Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti memfokuskan pengamatannya pada penanda epigenetics (epi-marks) yaitu perubahan molekuler yang bertindak sebagai ‘saklar’ sementara untuk menyalakan atau mematikan gen. Menurut National Institute for Mathematical and Biological Synthesis, epi-marks juga menentukan kapan, di mana dan bagaimana sebuah gen diekspresikan.
Sejak Janin
“Saklar” atau switcher itu berasal dari genome pada manusia. ‘Saklar molekuler’ ini biasanya terhapus diawal proses perkembangan janin tapi mereka bisa saja diturunkan dari generasi ke generasi,” terang peneliti William Rice, seorang pakar genetika evolusioner dari University of California, Santa Barbara, AS.
Bahkan sejumlah epi-marks memiliki fungsi yang sangat penting dalam perkembangan janin, terutama mendorong perkembangan fisik alat kelamin pada janin secara normal kendati jumlah hormon testosterone di dalam rahim ibu bervariasi selama masa kehamilan.
Di awal perkembangan janin, kami menduga epi-marks ini menentukan agar janin perempuan menjadi relatif tidak sensitif terhadap testosterone, sedangkan janin laki-laki relatif sensitif terhadap testosterone.
Homoseksual
Maka, jika epi-mark dari ibu yang membuatnya kurang sensitif dari paparan testosterone tinggi ini ternyata diwariskan ke anak laki-lakinya (jenis kelamin yang berlawanan) saat proses perkembangan janin, maka kondisi ini akan menurunkan sensitivitas si janin terhadap testosterone sehingga preferensi seksual si janin akan cenderung mengarah ke pria.Jika terlalu sedikit paparan testosterone, maka menyebabkan janin laki-laki menjadi ter-feminisasi.
Lesbian
Hal serupa juga terjadi pada janin perempuan ketika epi-mark yang spesifik dari ayah dan bersifat sensitif terhadap testosterone diturunkan ke putrinya. Preferensi seksual si anak akan menjadi maskulin sehingga dia menjadi lebih tertarik kepada wanita.Jika paparan testosterone terlalu banyak, maka akan menyebabkan alat kelamin, otak dan perilaku pada janin perempuan menjadi ter-maskulinisasi.
Yang perlu digarisbawahi, feminisasi dan maskulinisasi hanya merujuk pada orientasi seksual, bukannya karakteristik fisik atau kepribadian si anak. Hanya saja hingga kini para pakar belum sepakat seberapa banyak kadar paparan testosterone pada janin laki-laki maupun perempuan yang dianggap mempengaruhi maskulin atau feminin tidaknya janin itu.
Apa itu Epigenetika?
Dalam ilmu biologi, Epigenetika (Epigenetics) adalah studi tentang perubahan fenotipe atau ekspresi genetika, yang artinya adalah terjadi perubahan turunan (terjadi secara turun-temurun) yang disebabkan oleh mekanisme selain perubahan sekuens DNA dasar.
Dengan kata lain, epigenetik menunjukkan bahwa gen-gen itu diatur sedemikian rupa agar bisa ‘menyala’ atau ‘mati’. Pengaturan genetik inilah yang diduga peneliti menjadi alasan di balik adanya homoseksualitas.
Tidak ada perubahan pada sekuens DNA dasar, melainkan faktor non genetika yang menyebabkan ekspresi gen organisme berubah.
Sejarah epigenetika berhubungan dengan studi evolusi dan perkembangan, tetapi kemudian istilah epigenetika telah mengalami perubahan seiring dengan meningkat pesatnya pengertian tentang mekanisme molekuler yang mendasari pengaturan ekspresi gen pada eukariota.
Hingga tahun 1950-an, istilah epigenetika digunakan secara berbeda yaitu untuk mengelompokkan semua kejadian perkembangan dimulai dari zigot hingga organisme dewasa, dalam hal ini semua proses regulasi, dimulai dari materi genetika yang kemudian membentuk hasil akhir (Waddington, 1953).
Makanan membentuk Anda: Bagaimana Makanan Dapat Mengubah Epigenome Anda
Ketika Anda melihat diri sendiri di cermin Anda mungkin bertanya, “Bagaimana, bisa, bahwa semua sel dalam tubuh saya membawa DNA yang sama? Bagaimana organ saya dapat begitu berbeda dan fungsinya juga berbeda?
Dengan kemajuan terbaru dalam epigenetik, kita mulai dapat memahami. Kita sekarang tahu bahwa sel-sel menggunakan materi genetik mereka dengan cara yang berbeda: gen dapat dinyalakan dan dimatikan, hingga ke tingkat menakjubkan diferensiasi dalam tubuh kita.
Epigenetik menggambarkan proses seluler yang menentukan apakah gen tertentu akan ditranskripsi dan diterjemahkan ke dalam protein yang sesuai. Pesan itu dapat disampaikan melalui modifikasi kimia kecil dan reversibel untuk chromatin.
Misalnya, penambahan gugus asetil (asetilasi) dengan protein DNA perancah (histon) meningkatkan transkripsi. Sebaliknya, penambahan kelompok metil (metilasi) ke beberapa daerah peraturan dari DNA itu sendiri mengurangi transkripsi gen.
Modifikasi ini, bersama-sama dengan mekanisme pengaturan lainnya, sangat penting selama perkembangan, ketika waktu yang tepat dari aktivasi gen sangat penting untuk memastikan diferensiasi selular yang akurat dan terus memiliki efek sampai dewasa.
Modifikasi epigenetik dapat terjadi sebagai respon terhadap rangsangan lingkungan, salah satu yang paling penting adalah: makanan. Mekanisme asupan atau pola dari apa yang dimakan dapat mempengaruhi epigenetik belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa contoh yang jelas dan sangat terkenal.
Contoh-contoh Modifikasi Epigenetika
Beberapa kasus dan contoh dari sekian banyaknya contoh lain tentang modifikasi epigenetik yang dapat terjadi sebagai respon terhadap rangsangan lingkungan, diantaranya adalah:
- Kelaparan musim dingin di Belanda tahun 1945
Selama musim dingin 1944-1945, Belanda menderita kelaparan yang mengerikan yang disebut juga sebagai Dutch famine of 1944 (lihat video), atau dikenal juga sebagai the Hongerwinter atau “Hunger winter“, sebagai akibat dari pendudukan Nazi Jerman saat Perang Dunia-II dan akibatnya asupan gizi penduduk Belanda menjadi turun, menjadi hanya kurang dari 1.000 kalori per hari.
Pada masa itu, Nazi Jerman masuk ke Belanda kemudian memblokir dan menghancurkan akses-akses jalan sebagai sarana transportasi untuk mengantar makanan kepada penduduk Belanda.
Pada saat masuk musim dingin yang bersalju, kondisi ini menjadi lebih buruk. Maka terjadilah kelaparan yang melanda negeri kincir angin itu.
Namun perempuan terus hamil dan melahirkan selama masa-masa sulit tersebut untuk melahirkan generasi berikutnya, dan anak-anak ini sekarang telah dewasa.
Studi terbaru mengungkapkan bahwa generasi pada masa lalu itu, terkena kalori pembatasan sementara di dalam rahim ibu mereka yang memiliki tingkat lebih tinggi dari kondisi kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan obesitas dibandingkan saudara mereka.
Bulan-bulan pertama kehamilan tampaknya memiliki pengaruh terbesar pada risiko penyakit.
Bagaimana bisa sesuatu yang terjadi sebelum Anda lahir memengaruhi hidup Anda setelah sekitar 60 tahun kemudian? Jawabannya tampaknya terletak pada adaptasi epigenetik yang dibuat oleh janin dalam menanggapi terbatasnya pasokan nutrisi (lihat video).
Perubahan epigenetik yang tepat masih belum jelas, namun ditemukan bahwa orang-orang yang terkena bencana kelaparan di dalam rahim pada kala itu memiliki tingkat lebih rendah dari metilasi gen terlibat dalam metabolisme insulin (gen insulin-like growth factor II) dari saudara tidak terpapar mereka. (Heijmans BT et al. (2008) Persistent epigenetic differences associated with prenatal exposure to famine in humans. Proceedings of the National Academy of Sciences of the USA 105: 17046-17049. doi:10.1073/pnas.0806560105 ).
Asupan makanan memiliki beberapa implikasi mengejutkan: meskipun perubahan epigenetik yang dalam teori reversibel, perubahan yang berguna yang terjadi selama perkembangan embrio tetap dapat bertahan dalam kehidupan dewasa, bahkan ketika mereka tidak lagi berguna dan bahkan bisa merugikan. Beberapa perubahan ini bahkan dapat bertahan melalui generasi, yang mempengaruhi cucu perempuan yang terkena. (Painter R et al. (2008) Transgenerational effects of prenatal exposure to the Dutch famine on neonatal adiposity and health in later life. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology 115: 1243-1249. doi:10.1111/j.1471-0528.2008.01822.x).
- Calon Ratu pada Lebah Madu
Efek dari diet awal epigenetik juga terlihat jelas diantara lebah madu. Apa yang membedakan antara lebah pekerja biasa dan calon ratu lebah yang bisa subur untuk dapat bereproduksi atau bertelur?
Faktanya bukanlah soal genetika, tetapi dari apa yang mereka makan sejak mereka sebagai larva.
Larva yang ditunjuk untuk menjadi (calon) ratu diberi makan secara eksklusif dengan royal jelly, yaitu zat yang dikeluarkan oleh lebah pekerja.
Adapan royal jelly yang diberikan kepada larva calon ratu lebah dapat memicu pengembangan fenotipe pada mereka. Hal itu memungkinkannya dapat bereproduksi ketika menjadi dewasa, dan beralih pada program gen yang dapat menghasilkan lebah menjadi lebih subur dan menghasilkan telur untuk keturunannya (lihat video).
- Obesitas Pada Tikus
Contoh mencolok lainnya adalah bagaimana pengaruh gizi terhadap epigenetik selama pengembangan ditemukan pada tikus.
Individu dengan gen agouti aktif yang normal memiliki bulu berwarna kuning dan kecenderungan untuk menjadi gemuk. Gen ini, bagaimanapun juga, dapat dimatikan oleh metilasi DNA.
Jika tikus agouti yang hamil menerima suplemen makanan yang dapat melepaskan kelompok metil seperti asam folat atau kolin.
Dengan demikian, maka gen agouti pada janin tikus ‘menjadi methyled (alkoholik) dan dengan demikian tidak aktif. Maka tikus akan cenderung berbulu tipis, dan berwarna coklat.
Itu artinya bahwa janin tikus ini masih membawa gen agouti, tetapi mereka kehilangan fenotip agouti dan menjadikan mereka memiliki bulu coklat dan ada kecenderungan yang meningkat terhadap obesitas (lihat video).
- Pada Manusia
Serapan cukup asam folat juga terlibat dalam kondisi perkembangan pada manusia, seperti spina bifida dan cacat tabung saraf lainnya. Untuk mencegah masalah tersebut, suplemen asam folat secara luas direkomendasikan untuk wanita hamil dan bagi mereka yang berharap untuk hamil (lihat Hayes E, Maul H, Freerksen N (2009) Folic acid: why school students need to know about it. Science in School 13: 59-64.).
Bagaimana dengan efek makanan pada epigenetik dalam kehidupan dewasa pada manusia? Banyak komponen makanan memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan epigenetik pada manusia. Misalnya, brokoli dan sayuran lainnya mengandung isothiocyanates, yang mampu meningkatkan asetilasi histon.
Kedelai, di sisi lain, adalah sumber dari genistein isoflavon, yang diperkirakan akan menurunkan metilasi DNA pada gen tertentu. Ditemukan dalam teh hijau, senyawa polifenol epigallocatechin-3-gallate memiliki banyak aktivitas biologis, termasuk penghambatan metilasi DNA.
Curcumin, senyawa yang ditemukan dalam kunyit (Curcuma longa), dapat memiliki beberapa efek pada aktivasi gen, karena menghambat metilasi DNA tetapi juga memodulasi asetilasi histon.
Sebagian besar data yang dikumpulkan sejauh ini tentang senyawa ini datang dari percobaan in vitro. Molekul-molekul dimurnikan diuji pada jalur seluler, dan pengaruhnya terhadap target epigenetik diukur. Masih harus dibuktikan jika makan makanan yang sesuai, memiliki efek terdeteksi sama, seperti yang telah terlihat pada model selular. (Gerhauser C (2013) Cancer chemoprevention and nutri-epigenetics: state of the art and future challenges. Topics in Current Chemistry 329: 73-132. doi:10.1007/128_2012_360).
Studi epidemiologis, bagaimanapun juga telah menunjukkan bahwa populasi yang mengkonsumsi sejumlah besar dari beberapa makanan ini tampaknya kurang rentan terhadap penyakit tertentu (Siddiqui IA et al. (2007) Tea beverage in chemoprevention and chemotherapy of prostate cancer. Acta Pharmacol Sinica 28(9): 1392-1408. doi:10.1111/j.1745-7254.2007.00693.x).
Namun, sebagian besar senyawa ini tidak hanya memiliki efek epigenetik tetapi juga mempengaruhi fungsi biologis lainnya. Sebuah makanan mungkin berisi banyak molekul biologis aktif yang berbeda, sehingga sulit untuk menarik korelasi langsung antara aktivitas epigenetik dan efek keseluruhan pada tubuh.
Akhirnya, semua makanan mengalami banyak transformasi dalam sistem pencernaan kita, sehingga tidak jelas berapa banyak dari senyawa aktif benar-benar mencapai target molekul mereka.
Juga, sebagai hasil dari efek mereka secara tak langsung, terjadi perubahan epigenetik yang terlibat dalam pengembangan banyak penyakit, termasuk kanker dan penyakit saraf. Seperti sel-sel menjadi ganas, atau kanker, modifikasi epigenetik dapat menonaktifkan gen supresor tumor, yang mencegah proliferasi sel yang berlebihan. (Esteller M (2007) Epigenetic gene silencing in cancer: the DNA hypermethylome. Human Molecular Genetics 16(1): R50-R59. doi:10.1093/hmg/ddm018).
Karena ini adalah modifikasi epigenetik yang reversibel, maka ada minat yang besar dalam menemukan molekul sebagai sumber terutama makanan, yang mungkin dapat membatalkan perubahan yang merusak dan mencegah perkembangan tumor.
Kita semua tahu bahwa diet kaya buah dan sayuran sehat untuk kehidupan kita sehari-hari, tetapi hal ini menjadi semakin jelas bahwa itu mungkin jauh lebih penting darinya, memiliki implikasi yang signifikan untuk kesehatan dan harapan hidup jangka panjang kepada kita semua.
Apa Itu Perubahan Epigenetika?
Contoh terbaik perubahan epigenetika pada eukariotik adalah proses diferensiasi sel. Selama morfogenesis, sel induk totipoten berubah menjadi bermacam-macam sel pluripoten pada embrio yang kemudian akan berubah menjadi sel yang berdiferensiasi secara penuh.
Dengan kata lain, zigot, sebuah sel telur yang telah dibuahi, berubah menjadi berbagai jenis sel, seperti neuron (sel saraf), sel otot, epitel, pembuluh darah, dan sebagainya, yang kemudian akan terus membelah.
Hal ini terjadi di mana pengaktifan beberapa gen dapat mengakibatkan peredaman gen lainnya. Contoh lainnya adalah seperti yang terlihat pada gambar diatas tadi, dua tikus hasil kloning dengan gen yang sama dan status metilasi DNA yang berbeda menghasilkan ekspresi genetika berbeda, yang disebabkan mekanisme epigenetika.
Mekanisme Epigenetika
Mekanisme epigenetika dapat terjadi akibat tiga faktor utama, yaitu:
1. Terjadinya Metilasi DNA
Metilasi DNA merupakan peristiwa penambahan gugus metil pada atom C nomor 5 dari cincin pirimidina sitosina atau nitrogen nomor 6 dari cincin purina adenina sebagai bagian dari molekul DNA.
Peristiwa metilasi DNA adalah bagian dari perkembangan sel dan terwariskan melalui pembelahan sel.
Biasanya, gugus-gugus metil akan disingkirkan pada pembentukan zigot, namun prosesnya berangsur-angsur berlangsung kembali selama tahap perkembangan.
Dengan demikian maka tingkat kandungan metil pada DNA dapat dijadikan alat penduga “usia” suatu sel.
2. Terjadinya Modifikasi Histon
Modifikasi histon adalah serangkaian perubahan yang dialami oleh protein histon. Modifikasi histon yang umumnya dijumpai berupa metilasi, asetilasi, dan fosforilasi. Selain tiga modifikasi tersebut, terdapat beberapa modifikasi lain seperti deiminasi, penambahan gugus β-N-asetilglukosamin, ribosilasi ADP, ubikitinasi, dan sumoilasi. Modifikasi pada protein ini merupakan salah satu subyek studi epigenomika dan ditemukan mempengaruhi ekspresi gen pada eukariota.
3. Terjadi perubahan bentuk Kromatin
Pada berbagai sel eukariota tingkat tinggi, ada dua tipe kromatin pada tahap interfase yaitu :
- Eukromatin, merupakan bentuk yang kurang padat, atau yang bentuk terbuka. Eukromatin berbentuk padat selama pembelahan sel, tetapi mengendur menjadi bentuk yang terbuka selama interfase.
- Heterokromatin, merupakan bentuk yang lebih padat, atau bentuk tertutup. Heterokromatin sangat padat pada pembelahan sel, demikian pula pada saat interfase.Saat suatu gen yang secara normal terekspresi pada bentuk eukromatin berpindah pada daerah heterokromatin, dapat menghentikan ekspresi gen tersebut, dan terjadilah peredaman gen.
Itulah ketiga faktor utama terjadinya mekanisme epigenetika. Namun untuk lebih detailnya bisa dilihat pada animasi epigenetiks dalam video berikut ini.
Beberapa contoh lain, dapat mengibaratkan bahwa jika terjadi LGBT layaknya jiwa yang salah masuk ke dalam tubuh fisiknya. Misalkan, Anda wanita atau pria dengan orientasi seksual normal. Namun ketika anda di depan cermin, ternyata fisik Anda adalah fisik lawan jenis Anda, dan Anda harus menyukai lawan jenis dari fisik Anda yang terlihat di cermin.
Jadi bila ketertarikan seksual pada diri Anda adalah normal, maka misal: jika Anda memiliki fisik wanita normal, padahal jiwa Anda pria, maka Anda diharuskan menyukai wanita. Dan jika Anda memiliki fisik pria normal, padahal jiwa Anda wanita, maka Anda diharuskan menyukai pria. Jika Anda normal, apakah bisa? Tentu tidak, tapi mereka bisa.
Kelainan akibat Epigenetika bisa saja kembali normal asalkan ada niat dalam dirinya. Misalkan beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah jika Anda adalah orang yang menyukai olahraga sejak kecil, maka Anda akan melakukan olah tubuh tersebut setiap harinya dengan jogging, bermain tenis, bersepada atau olahraga lainnya. Namun jika Anda tidak berolah raga, maka badan Anda akan merasa tidak fit.
Juga dalam pola makan, jika Anda suka makan nasi atau makan yang harus kenyang, maka Anda beranggapan masih merasa lapar dengan makanan yang volumenya sedikit walau kandungan kalori, protein dan vitaminnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan memakan makanan yang mengenyangkan. Maka terjadinya obesitas pada diri Anda.
Atau bisa juga ibarat perokok yang sebenarnya bisa saja berhenti merokok, namun karena tak ada niat, maka tak akan pernah bisa berhasil.
Seperti telah diketahui diatas bahwa Epigenetika terjadi akibat perubahan molekuler pada genome yang bertindak sebagai ‘saklar’ sementara, untuk menyalakan atau mematikan gen.
Epigenetika yang terjadi akibat perubahan molekuler pada genome yang kemudian menjadi “saklar” ini, ibarat senter manual namun memiliki sensor otomatis yang selalu Anda pakai, dan hanya menyala juga secara otomatis dalam kegelapan.
Namun jika Anda selalu bermain dalam kegelapan secara-terus menerus, tanpa mau ke tempat yang terang, maka sensor pada senter itu akan menyala terus-menerus pula, agar lampu senter selalu dalam kondisi menyala.
Padahal Anda tahu, bahwa senter tersebut sebenarnya memiliki saklar manual karena senter itu memang senter manual biasa, namun juga memiliki mode otomatis dalam gelap. Itu artinya Anda cukup menekan saklar manual saja agar senter menyala jika di dalam gelap.
Epigenetika dalam genome sama, saklar ada pada genome. Saklar dapat mati atau hidup, terbentuk akibat pengaruh lingkungan dan informasi yang diterima otak sejak kecil, walau pun sudah bisa juga terjadi sejak janin dalam kandungan.
Itu artinya seorang LGBT dapat mematikan saklarnya sendiri, asalkan mereka ada niat untuk mematikan sakar pada gennya! Senter harus Anda matikan. Sebab terangnya dunia membentang diluar sana, jauh lebih dominan.
Tinggal klik, dan bersosialisasi dengan yang normal, yang jumlahnya dominan di planet ini, juga meng”instal” informasi yang benar pada otak dan pikirannya, maka selesai sudah. (©2016 IndoCropCircles / berbagai sumber).
Referensi:
- Esteller M (2007) Epigenetic gene silencing in cancer: the DNA hypermethylome. Human Molecular Genetics 16(1): R50-R59. doi:10.1093/hmg/ddm018
- Gerhauser C (2013) Cancer chemoprevention and nutri-epigenetics: state of the art and future challenges. Topics in Current Chemistry 329: 73-132. doi:10.1007/128_2012_360
- Hayes E, Maul H, Freerksen N (2009) Folic acid: why school students need to know about it. Science in School 13: 59-64.
- Heijmans BT et al. (2008) Persistent epigenetic differences associated with prenatal exposure to famine in humans. Proceedings of the National Academy of Sciences of the USA 105: 17046-17049. doi:10.1073/pnas.0806560105
- Painter R et al. (2008) Transgenerational effects of prenatal exposure to the Dutch famine on neonatal adiposity and health in later life. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology 115: 1243-1249. doi:10.1111/j.1471-0528.2008.01822.x
- Siddiqui IA et al. (2007) Tea beverage in chemoprevention and chemotherapy of prostate cancer. Acta Pharmacol Sinica 28(9): 1392-1408. doi:10.1111/j.1745-7254.2007.00693.x
- Wikipedia English.
Sumber:
- For a simple introduction to epigenetics, see: McVittie B (2006) Epigenetics. Science in School 2: 62-64.
- To learn more about nutrition and epigenetics, see: Link A et al. (2010) Cancer chemoprevention by dietary polyphenols: Promising role for epigenetics. Biochemical Pharmacology 80(12): 1771- 1792. doi:10.1016/j.bcp.2010.06.036
- The Learn Genetics website.
- For more information about the effect of the Dutch famine on adult life and gene methylation, see: Roseboom TJ et al. (2001) Effects of prenatal exposure to the Dutch famine on adult disease in later life: an overview. Molecular and Cellular Endocrinology 185: 93-8. doi:10.1016/S0303-7207(01)00721-3
- The website of the University of Leiden
- The website of the Dutch Famine Study
- For a fascinating and very readable explanation of some recent research into honeybee epigenetics, see: Chittka A, Chittka L (2010) Epigenetics of royalty. PLOS Biology 8(11): e1000532. doi:10.1371/journal.pbio.1000532. PLOS Biology is an open-access journal, so this article is freely available online.
- For more information about honeybee epigenetics
- For a simple overview of epigenetics and the agouti gene in mice, see: Adams J (2008) Obesity, epigenetics, and gene regulation. Nature Education 1(1).
- To learn how hormone levels during pregnancy can affect the sex of the child, see: Notman (2012) Intersex: falling outside the norm. Science in School 23: 48-52.
Pustaka:
- wikipedia, LGBT , Hak LGBT di Indonesia , Lesbian, Gay , Biseksualitas , Transgender ,
- scienceinschool.org, Food that shapes you: how diet can change your epigenome
- ncbi.nlm.nih.gov, Food as exposure: Nutritional epigenetics and the new metabolism
- epigenome.eu, Eating for your epigenome
- learn.genetics.utah.edu, Nutrition and the Epigenome
- discovermagazine.com, Grandma’s Experiences Leave a Mark on Your Genes Your ancestors’ lousy childhood
- richarddawkins.net, Grandma’s Experiences Leave Epigenetic Mark on Your Genes
No comments:
Post a Comment