Maraknya pemberitaan mengenai salah satu program pemerintah Amerika Serikat melalui badan rahasianya National Security Agency (NSA) bernama PRISM memantik komentar dari seluruh dunia.
PRISM (Privacy in Mobile Information and Communication Systems) adalah salah satu program yang beralasan untuk memerangi teroris terutana di dunia internet yang dijalankan pemerintah Amerika Serikat melalui NSA.
Dengan pemberlakuan program ini, maka NSA memiliki hak untuk mendapatkan dan mengetahui segala data pengguna yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar dunia.
Semua rahasia tingkat tinggi itu tak akan pernah diketahui publik dunia tanpa bocoran dari seorang pemuda AS, bernama Edward Snowden. Ia merasa harus mengemukakannya karena dirasa tak adil, dan itu semua sebenarnya adalah hak semua orang untuk mengetahuinya. Akibat ulahnya, Edward Snowden diburu oleh intelijen AS mulai dari FBI, CIA hingga NSA.
Awalnya ia sempat bersembunyi di Hongkong untuk beberapa lama. Lalu terbang ke Moskow Russia. Pemerintah China mengemukakan, “Bahwa saat di Hongkong, tak ada alasan bagi kami untuk menahan Mr Snowden”, ujar seorang utusan dari pemerintah China saat jumpa pers.
https://verkoraniga.blogspot.com/2019/07/big-brother-nsa-cia-project-prism-dan.html?m=0 Snowden part 1
Saat di Russia seperti saat di China, Snowden diberikan kebebasan. Namun karena tidak ada perjanjian atau hubungan ekstradisi antara AS dan Russia, maka pihak Russia tak menangkap dan mengembalikan Snowden ke AS, bahkan pihak Russia justru membiarkannya.
Pihak Russia sempat dimintai suaka oleh Snowden, namun Snowden menarik kembali pengajuan suaka untuk dirinya ke pihak Russia karena rencananya ia akan ke Columbia.
Kini pihak AS telah mencabut pasport Snowden. Namun masyarakat dunia mengacungkan jempol untuk Snowden dan menganggapnya sebagai pahlawan. Bahkan beberapa kepala pemerintahan dan presiden menawarkan suaka untuknya.
Edward Snowden minta suaka ke 15 negara
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden kemarin telah bertemu dengan diplomat Rusia dan menyerahkan surat pengajuan suaka kepada 15 negara.
“Kondisinya cukup berat bagi dia setelah Ekuador menolak permintaan suakanya,” kata pejabat itu, seperti dilansir surat kabar Los Angeles Times, Senin (1/7/13).
Pejabat yang tidak ingin diketahui namanya itu juga menuturkan:
“Snowden tetap berkukuh dia bukan seorang pengkhianat dan tindakannya itu hanya didasarkan pada keinginan agar warga Amerika dan Uni Eropa tahu pelanggaran yang dilakukan pemerintah Amerika.”
Namun pejabat itu tidak menyebutkan negara mana saja yang dimintai suaka oleh Snowden. Pertemuan dengan diplomat itu berlangsung di bandara Sheremetyevo, Ibu Kota Moskow.
Anggota Dewan Penasihat Presiden untuk bidang Hak Asasi Kirill Kabanov meyakini Rusia adalah salah satu negara di antara 15 negara itu.
“Dalam kondisi sekarang ini Rusia memiliki dua alasan yang bisa diterima: Pertama, di Rusia dia bisa meminta status pengungsi dan membeli tiket pesawat untuk pergi ke negara lain. Kedua, Rusia bisa memberinya suaka politik,” kata Kabanov.
Putin: Rusia tidak akan serahkan Snowden kepada Amerika
Parlemen Rusia dikabarkan telah mengundang mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA), Edward Snowden, untuk membantu Moskow dalam menyelidiki apakah perusahaan Internet Amerika Serikat memberikan informasi tentang warga Rusia ke Washington.
“Kami mengundang Edward Snowden untuk bekerja sama dengan kami dan berharap segera setelah dia membereskan status hukumnya, dia bisa bekerja sama dengan kelompok kerja kami dan memberikan kami bukti bahwa intelijen Amerika dapat mengakses ke perusahaan-perusahaan penyedia layanan Internet,” kata Senator Rusia, Ruslan Gattarov, seperti dilansir stasiun televisi Press TV, Jumat (28/6/13).
Snowden (29 tahun) kini menjadi buronan Amerika atas tuduhan yang didasarkan pada pengungkapan dokumen rahasia dari data komputer NSA, yakni suatu langkah yang menyebabkan terungkapnya program pengawasan rahasia, yang diduga ditargetkan kepada jutaan orang.
Komentar Gattarov ini datang sehari setelah Majelis Parlemen Rusia memutuskan untuk mendirikan sebuah kelompok kerja khusus guna memulai penyelidikan atas klaim Snowden. Gattarov akan memimpin kelompok itu.
Gattarov mengatakan kepada kantor berita RIA Novosti bahwa kelompok itu terdiri dari pejabat legislator, diplomat, jaksa, dan pejabat komunikasi. Hasil awal dari penyelidikan diharapkan akan diumumkan pada Oktober mendatang.
Sementara itu, Kirill Kabanov, yang merupakan anggota Dewan Hak Asasi Manusia di pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan dia telah meminta rekan-rekannya untuk mempertimbangkan permintaan kepada pemerintah Rusia agar memberikan suaka politik kepada Snowden. Ketua Dewan Hak Asasi, Mikhail Fedotov, mengatakan permintaan itu akan dipertimbangkan.
Snowden yang paspornya kini sudah dicabut oleh Washington, telah meminta suaka ke Ekuador. Pada 24 Juni, menteri luar negeri Ekuador mengatakan negaranya sedang mempertimbangkan permintaannya itu.
Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia tidak akan menyerahkan pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden kepada Amerika. Namun dia juga menyatakan tidak akan memberi suaka kepada pria 30 tahun itu jika dia terus membocorkan rahasia Amerika.
Stasiun televisi Foxnews melaporkan, Senin (1/7/13), Putin menyampaikan pernyataannya itu untuk menanggapi permintaan Presiden Barack Hussein Obama yang ingin mengeksktradisi Snowden dari Rusia.
“Sudah ada pembicaraan tingkat tinggi dengan Rusia untuk mengatasi masalah ini,” kata Obama ketika tengah berkunjung ke Tanzania.
Dalam jumpa pers Putin menuturkan Snowden menilai dirinya sebagai pegiat hak asasi dan membandingkan dirinya dengan peraih Nobel Perdamaian Andrei Sakharov.
Edward Snowden: Saya bebas mengungkap rahasia baru
Mantan anggota dinas rahasia luar negeri Amerika Serikat (CIA) dan pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika (NSA) Edward Snowden berkukuh dia tetap bebas mengungkap rahasia tentang aktivitas mata-mata pemerintah Amerika.
Dalam sepucuk surat kepada pemerintah Ekuador, Snowden kemarin mengatakan Amerika secara ilegal menuntut dirinya karena membocorkan rahasia itu, tapi dia tidak akan dibungkam.
“Saya masih tetap bebas menyebarkan informasi bagi kepentingan publik,” kata dia dalam surat tak bertanggal berbahasa Spanyol yang dikirimkan ke Presiden Ekuador Rafael Correa, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera, Selasa (2/7).
“Tak peduli berapa hari lagi umur saya, saya tetap berjuang untuk keadilan di dunia yang tidak adil ini. Jika di kemudian hari orang-orang merasakan kebaikan itu, maka dunia harus berterima kasih kepada Ekuador.”
Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin mengatakan dia tidak akan menyerahkan Snowden kepada Amerika dan juga tidak akan memberi suaka kepada pria 30 tahun itu jika dia tetap membocorkan rahasia Amerika. Snowden pada 02/07/2013 masih berada di area transit bandara Sheremetyevo, Ibu Kota Moskow setelah pergi dari Hong Kong dua bulan lalu.
Dituduh Bawa Edward Snowden, Presiden Bolivia Terkatung-katung di Austria
Presiden Bolivia Evo Morales masih berada di Austria lebih dari 12 jam setelah pesawatnya dialihkan karena adanya kecurigaan membawa Edward Snowden dalam pesawat tersebut pada tanggal 3 Juli 2013 lalu.
Morales sedang dalam perjalanan menuju tanah airnya, seusai menghadiri pertemuan puncak di Moskow, dimana Snowden telah terkatung-katung di bagian transit internasional di bandara Sheremetyevo, sejak melarikan-diri dari Hong Kong lebih seminggu lalu. Morales sebelumnya mengatakan ia bersedia mempertimbangkan pemberian suaka kepada Snowden apabila yang bersangkutan mengajukan permohonan tersebut.
Para pejabat mengatakan buronan mantan pegawai badan intelijen Amerika, Edward Snowden tidak berada dalam pesawat yang mendarat di Austria setelah melalui Perancis dan Portugal. Negara-negara tersebut tampaknya tidak mengizinkan Snowden melintasi wilayah angkasa mereka.
Menteri Luar Negeri Bolivia David Choquehuanca menyebut kecurigaan bahwa Snowden berada dalam pesawat itu “bohong besar” dan mengatakan memaksa pesawat tersebut mendarat di Austria membuat nyawa pemimpin Bolivia itu dalam bahaya. Presiden Argentina Cristina Kirchner telah mengirim pesan tweeter bahwa dia telah berkomunikasi dengan Morales ketika ia terhambat di Austria.
Prospek suaka bagi Snowden semakin menyempit, karena dari lebih 19 negara beberapa diantaranya telah memberikan jawaban bahwa sebelum Snowden berada di wilayah mereka, ia tidak dapat memohon suaka. Apabila tidak, permohonannya akan langsung ditolak.
Hari Selasa, seorang pejabat Rusia mengatakan Snowden telah membatalkan permohonan suaka di Rusia setelah Presiden Vladimir Putin mengatakan ia dapat tinggal di negara itu hanya apabila ia menghentikan pembocoran informasi rahasia intelijen Amerika Serikat.
Pemerintah Bolivia Geram Pesawat Presiden Digeledah Austria
Apa yang dilakukan Austria sudah membahayakan Presiden Morales. Itulah mengapa pemerintah Bolivia mengaku geram setelah mengetahui pesawat jet yang ditumpangi Presiden Evo Morales dipaksa mendarat di Bandara Internasional Wina, karena dituduh membawa buronan Amerika Serikat, Edward J. Snowden. Peristiwa itu terjadi pada Rabu pagi, 3 Juli 2013, usai Morales lepas landas dari Moskow. Di Moskow dia menghadiri sebuah konferensi energi.
Kantor berita Reuters melansir, Morales kemudian terpaksa harus menunggu di ruang tunggu bandara, hingga pemerintah Austria memberikan izin bagi dia untuk terbang. Beberapa pejabat berwenang Austria kemudian terlihat menggeledah pesawat kepresidenan yang ditumpangi Morales untuk mencari Snowden.
Hasil inspeksi mendadak itu tidak menemukan mantan kontraktor NSA tersebut ada di dalam pesawat. Peristiwa aksi penggeledahan ini membuat Bolivia kesal. Mereka langsung menuduh pemerintah AS berada di balik aksi tersebut. Hal itu diungkap oleh Duta Besar Bolivia untuk PBB, Sacha Llorenti Soliz kepada media di Jenewa.
“Kami yakin bahwa itu merupakan perintah dari Gedung Putih. Tanpa alasan yang jelas sebuah pesawat diplomat dengan membawa Presiden di dalamnya tiba-tiba dapat diminta mengalihkan rute ke negara lain dan dipaksa mendarat di sana,” ujar Llorenti.
Pemerintah Bolivia menduga perintah penggeledahan itu dilakukan karena saat berada di Moskow, Morales mengatakan kepada stasiun televisi Rusia, Russia Today, bahwa Bolivia akan mempertimbangkan suaka politik yang diajukan Snowden.
Namun pihak Austria mengatakan kendati Morales merasa kesal, dia secara sukarela pesawatnya digeledah oleh pejabat berwenang Austria. Setelah melakukan penggeledahan secara seksama, mereka tidak menemukan orang yang dicari. Pesawat kepresidenan Bolivia akhirnya kembali diizinkan terbang pada Rabu siang.
“Rekan kami dari bandara telah memeriksa dan memberikan kepastian bahwa semua orang yang berada di pesawat merupakan warga Bolivia,” ujar salah satu pejabat berwenang Austria, Michael Spindelegger.
Sementara pemerintah Prancis, Italia, Portugis dan Spanyol yang disebut oleh Menteri Luar Negeri Bolivia, David Choquehuanca, telah melakukan pelanggaran hukum internasional kompak menepis anggapan tersebut. Pemerintah sejumlah negara itu membantah menghalangi pesawat Morales melintasi wilayah udara negara mereka.
Menlu Prancis, Philippe Lalliot, mengatakan pesawat Morales memiliki izin terbang melintas wilayah udara Prancis. Namun mereka enggan berkomentar mengapa pemerintah Bolivia mengatakan hal sebaliknya.
Pemerintah Spanyol dalam keterangan tertulis mengatakan sejak Selasa 2 Juli 2013, negaranya telah mengizinkan pesawat Morales melintasi wilayah mereka dan berhenti di Pulau Canary untuk mengisi bahan bakar. Mereka bahkan kembali memberikan izin saat pemerintah Bolivia menginformasikan akan melintasi wilayah udara Spanyol.
Sementara pemerintah Austria beralasan pesawat Morales dipaksa mendarat karena tidak ada indikasi yang jelas apakah pesawat tersebut memiliki bahan bakar yang cukup untuk meneruskan perjalanannya.
Padahal Dubes Lorenti mengatakan kepada media bahwa pemerintah Spanyol mengizinkan pesawat kepresidenan untuk mendarat di Pulau Canary dan mengisi bahan bakar, asal Morales bersedia pesawatnya digeledah. Menurut Llorenti, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah negara itu sudah membahayakan keselamatan pemimpin tertinggi Bolivia.
Presiden Bolivia Evo Morales Murka, Ancam Tutup Kedubes AS di Bolivia
Kemarahan Presiden Bolivia, Evo Morales, rupanya belum mereda usai pesawat jet yang dia tumpangi dipaksa mendarat di Austria karena dikira mengangkut Edward Snowden. Dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi dengan beberapa pemimpin negara Amerika Latin lainnya Kamis malam lalu, Morales mengancam akan menutup Kedutaan Besar Amerika Serikat di Bolivia.
Kantor berita CNN, Jumat 5 Juli 2013, melansir pernyataan Morales yang tidak gentar untuk benar-benar menutup Kedubes AS di Bolivia. Dia mengatakan apabila sebelumnya pernah memberikan status persona non grata bagi Dubes AS untuk Bolivia, Philip S. Goldberg tahun 2008 silam, maka dia tidak segan menutup gedung Kedubesnya.
Bahkan pada bulan Mei kemarin, Morales kembali mengancam akan mengusir perwakilan Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) karena dianggap berkonspirasi melawan rakyat dan pemerintah Bolivia.
“Saya tidak akan ragu untuk menutup Gedung Kedubes AS,” ujar Morales seperti dikutip BBC, Jumat 5 Juli 2013.
Menurut Morales, negara-negara Amerika Latin akan semakin baik tanpa kehadiran AS di wilayah mereka. “Kami memiliki martabat dan kedaulatan. Tanpa AS, kami akan lebih baik secara politik dan demokrasi,” kata Morales.
Pesawat kepresidenan yang ditumpangi Morales pada Rabu kemarin sempat dilarang melintasi wilayah udara di tiga negara, yakni Portugal, Prancis dan Italia. Alasan yang diungkap oleh pejabat berwenang dari negara itu, karena adanya kesalahan teknis.
Pesawat akhirnya terpaksa mendarat selama 14 jam di Bandara Udara Internasional Wina. Sesaat setelah mendarat, beberapa pejabat berwenang Wina terlihat menggeledah pesawat kepresidenan Morales.
Mereka mencari Snowden, karena sebelumnya beredar rumor, pembocor rahasia intelijen AS itu ikut menumpang di dalam pesawat. Hingga kini belum diketahui dari mana dan siapa yang menyebar rumor tersebut.
Saat itu Morales baru saja lepas landas dari Moskow, karena ikut menghadiri konferensi energi. Di sana, Morales memberikan pernyataan kepada stasiun televisi Rusia, Russia TV, bahwa pemerintahnya siap mempertimbangkan suaka bagi Snowden.
Pemerintah Bolivia langsung menunjuk AS sebagai dalang peristiwa ini. Setelah orang dicari tidak ditemukan, pesawat itu akhirnya diizinkan terbang kembali.
Pemerintah Prancis telah meminta maaf atas insiden tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Philippe Lalliot beralasan bahwa hal itu terjadi karena konfirmasi izin lintas teritori Prancis dari pesawat Morales terlambat mereka terima. (video: Bolivian president threatens to close US embassy)
Pesawat Morales ditolak melintasi tiga negara Eropa, Pemimpin Amerika Latin Kecam Perlakuan Eropa pada Morales
Presiden negara-negara Amerika Latin mengecam tindakan yang dilakukan oleh beberapa negara Eropa terhadap pesawat yang ditumpangi Presiden Bolivia Evo Morales. Menurut mereka, tindakan tersebut telah melanggar kesepakatan dan hukum internasional.
Diberitakan CNN, Jumat 5 Juli 2013, Presiden Bolivia, Argentina, Ekuador, Suriname, Uruguay dan Venezuela pada Kamis malam berkumpul di Cochabamba, Bolivia pada Kamis malam untuk membahas peristiwa yang dialami Morales pada Rabu pagi kemarin di Austria. Mereka menuntut permintaan maaf Eropa atas peristiwa itu.
“Kami menuntut pemerintah Perancis, Portugal, Italia dan Spanyol mengeluarkan permintaan maaf kepada publik terkait peristiwa serius yang terjadi Rabu kemarin,” ujar mereka dalam sebuah pernyataan tertulis.
Mereka juga menolak berbagai aksi yang secara jelas telah melanggar norma dan prinsip dasar hukum internasional, seperti pelanggaran hak terhadap kepala negara.
Selain itu kelima pemimpin negara Latin itu mendukung Morales untuk mengajukan keberatan kepada Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia terkait masalah itu. Mereka juga meminta semua Menteri Luar Negeri dari beberapa negara Amerika Latin membentuk komite untuk melakukan investigasi dan mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Pesawat yang ditumpangi Morales ditolak tiga negara Eropa melalui wilayah udara mereka. Pesawat itu kemudian digiring ke Austria dan Morales terpaksa harus menunggu 14 jam. Tindakan ini dilakukan Eropa karena di pesawat tersebut diduga bersembunyi Edward Snowden, pembocor rahasia intelijen AS.
Presiden Ekuador, Rafael Correa, dalam pertemuan pada Kamis malam mengkritik peran AS dalam peristiwa yang menimpa Morales. Menurutnya apa yang tertulis dalam Deklarasi Kemerdekaan AS merupakan sesuatu yang munafik. “Mereka tetap memiliki standar ganda,” kata Correa.
Sementara Presiden Argentina, Cristina Fernandez de Kirchner secara khusus, menyerukan negara-negara Eropa untuk meminta maaf kepada Morales.
“Paling tidak di Amerika Selatan, ketika kami berbuat sebuah kesalahan, kami mengakui hal tersebut dan meminta maaf kepada mereka yang merasa tersinggung,” kata Kirchner.
Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, malah menyalahkan badan intelijen AS, CIA karena diyakini telah menekan pemerintah beberapa negara supaya menolak memberikan izin bagi pesawat Morales melalui wilayah udara mereka.
“Apa yang telah terjadi dengan pemimpin asli Amerika Latin, Evo Morales, menunjukkan tingkat kemarahan dan keputusasaan pemerintah AS,” kata Maduro. (eh)
Presiden Venezuela: Snowden Harus Dilindungi Dunia dan kami akan memberikan suaka bagi Snowden
Menurut Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyatakan Edward Snowden pantas mendapat perlindungan dunia setelah membongkar detail program mata-mata Amerika Serikat. Snowden yang dicari-cari Amerika Serikat kini sedang berusaha mencari suaka politik dari 19 negara.
Kini Snowden dalam status limbo di kawasan transit di Bandara Moskow, Rusia. Setelah sembilan hari di bandara itu, Snowden menyatakan dia bebas untuk membongkar program mata-mata AS.
“Dia pantas mendapat perlindungan dunia,” kata Presiden Maduro di sela-sela kunjungan di Moskow. “Dia tidak meminta kami untuk suaka, namun jika dia meminta, kami akan memberikan jawaban,” kata Maduro.
Menurut Maduro, perlindungan pada Snowden penting untuk kemanusiaan. Maduro akan mempertimbangkan negerinya memberikan suaka pada pria berusia 30 tahun itu.
Sementara beberapa negara sudah menyatakan menolak permohonan suaka Snowden seperti Spanyol dan Rusia. Kemudian beberapa negara menyatakan, suaka baru bisa diproses jika Snowden berada di negara mereka.
Snowden diketahui masih berlindung di Bandara Internasional, Rusia. Sementara Presiden Venezuela, Nicholas Maduro, memberikan angin segar bagi pembocor rahasia badan keamanan nasional Amerika Serikat (NSA) Edward J. Snowden.
Sebab, dalam perayaan hari kemerdekaan Venezuela yang digelar Jumat kemarin, dirinya menawarkan suaka politik bagi sang peniup peluit tersebut.
Laman The Guardian, Sabtu 6 Juli 2013, melansir Maduro memberikan suaka itu karena menganggap Snowden telah mengungkap kebenaran kepada dunia mengenai program spionase AS. Sebab itu, menurut Maduro, Snowden pantas untuk dilindungi.
“Atas nama kehormatan Amerika, saya memutuskan untuk menawari suaka kemanusiaan kepada Edward Snowden,” ujar Maduro dalam sebuah parade militer yang digelar pada Jumat pagi waktu setempat, untuk menandai perayaan Hari Kemerdekaan Venezuela.
Masih menurut Maduro, Snowden tidak melakukan kejahatan apa pun. Sebab, dirinya bermaksud melindungi kebebasan masyarakat dunia.
“Siapa yang bersalah? Seorang pemuda yang mengumumkan rencana perang atau pemerintah AS yang meluncurkan bom dan peralatan perang militer kepada para tentara oposisi dan teroris di Suriah untuk melawan rakyat dan Presiden terpilih, Bashar al-Assad? Coba Anda katakan sekarang, siapa teroris sesungguhnya?” ujar Maduro.
Maduro siap menampung Snowden apabila mantan kontraktor NSA itu mengajukan permohonan suaka ke kedutaan Venezuela di Moskow. Sebelumnya, pada Jumat kemarin, pemerintah Nicaragua mengatakan telah menerima permintaan suaka yang diajukan Snowden.
Nicaragua juga merespon akan memberikan suaka bagi Snowden
Presiden Nicaragua, Daniel Ortega, juga merespon akan memberikan suaka bagi pria berusia 30 tahun itu, apabila situasinya mengizinkan. Namun, dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut situasi seperti apa yang dia maksud.
“Kami merupakan negara terbuka dan menghormati hak suaka, sehingga jelas apabila situasinya mengizinkan, kami dengan senang hati akan menerima Snowden dan memberinya suaka di Nicaragua,” ujar Ortega saat berpidato di ibukota Managua.
The Guardian menulis, Ortega ikut mempertimbangkan suaka Snowden, karena dia merupakan sekutu terdekat Venezuela. Pada saat bersamaan, Wikileaks melalui situs resminya, mengumumkan Snowden telah mengajukan permohonan suaka baru ke enam negara lainnya.
Dengan pengajuan suaka ini, maka total Snowden telah menyebar permohonan tersebut ke 27 negara. Sebab, posisi Snowden semakin terjepit, karena mulai banyak negara yang menolak permohonan suakanya.
Sementara itu, beberapa negara lainnya masih dalam proses mempertimbangkan suaka yang ia ajukan. Namun, Wikileaks tidak akan menyebut negara mana saja yang termasuk ke dalam enam lokasi tujuan yang permohonan suakanya baru-baru ini diajukan. Kami tidak akan menyebut nama negara itu untuk menghindari upaya intervensi pemerintah Amerika Serikat,” tulis Wikileaks di situsnya.
Saat ini, Snowden diketahui masih berlindung di Bandara Internasional, Sheremetyevo, Moskow sejak kabur dari Hong Kong pada 23 Juni kemarin. Namun, pemerintah Rusia sudah mulai kehilangan kesabaran melihat perkembangan kasus Snowden.
Melalui Wakil Menteri Luar Negeri, Sergei Ryabkov, pada Kamis kemarin mengatakan Snowden belum juga mengajukan suaka secara resmi ke Rusia, sehingga dia harus secepatnya menentukan negara yang tujuan selanjutnya.
Pemerintah Kremlin mengatakan semakin lama dia berlindung di teritori Rusia, risiko diplomatik yang akan ditanggung oleh negera Beruang Merah akan semakin besar. Mereka tidak ingin merusak hubungan baik dengan Washington yang kini tengah diperbaiki.
Tifatul: Jika Snowden Benar, AS Langgar Hukum Indonesia
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menyatakan jika benar pemerintah Amerika Serikat melakukan penyadapan atas internet dunia termasuk dari pengguna Indonesia, itu jelas melanggar hukum Indonesia. Tifatul menyatakan, pemerintah AS harus mengklarifikasi tuduhan yang dilancarkan Edward Snowden, bekas pekerja di kontraktor National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, itu. Tifatul meminta AS menjelaskan soal tuduhan Snowden ini.
“Kalau ada dua orang berbicara melalui jaringan internet, lalu disadap orang lain, itu melanggar hak asasi manusia,” kata Tifatul Sembiring kepada VIVAnews, Kamis 4 Juli 2013. Tindakan itu, kata Tifatul, bisa dikenakan Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Sebelumnya, bekas pekerja di kontraktor National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden, mengungkap dokumen penyadapan koneksi internet oleh lembaga itu. NSA, dalam program bertajuk Prism, bekerja sama dengan sembilan perusahaan teknologi informasi terkemuka Amerika antara lain Google, Facebook dan Yahoo!, mengakses informasi pengguna termasuk e-mail, percakapan, video dan foto pengguna. Separuh dari data yang dipantau berasal dari luar Amerika Serikat seperti Asia dan Eropa.
Perusahaan-perusahaan itu ramai-ramai kemudian membantah telah memberikan akses ke server mereka. Mereka hanya mengakui memberikan data sesuai permintaan penegak hukum, bukan memberikan akses “pintu belakang” ke server mereka.
Tifatul menyatakan, jika benar fakta diungkap Snowden itu, AS jelas telah berstandar ganda. AS kerap memprotes tindakan China yang membatasi akses internet atau memata-matai rakyatnya, sementara AS ternyata telah melakukan tindakan yang sama. “Di satu sisi dia memprotes, di satu sisi lagi, dia sendiri melakukan,” kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera itu.
Namun, Tifatul menyatakan pemerintah Indonesia masih menunggu lebih jauh perkembangan kasus Snowden yang kini terjebak di Bandara Moskow tanpa kewarganegaraan karena paspornya dicabut AS itu. Tifatul hanya meminta AS menjelaskan soal tuduhan Snowden ini. Tifatul juga meminta pihak seperti Google memberikan klarifikasi.
“Peristiwa ini mengingatkan saya pada kasus Wikileaks,” kata Tifatul. Saat Wikileaks mengumbar kabel diplomatik AS, terumbar ribuan informasi atau pembicaraan berkaitan dengan Indonesia. “Pemerintah kirim surat protes keras saat itu,” kata Tifatul. “Kita menilai ada kelalaian pihak Amerika, bahwa apa yang kita bicarakan, diterima agen kedutaan, lalu ternyata terumbar ke publik.”
Snowden saat ini berusaha mencari suaka politik karena pemerintah Amerika memburunya untuk diadili karena salah satunya membocorkan rahasia negara. Snowden terjebak di Bandara Moskow, sementara pemerintah Rusia menolak memberinya suaka.
(sumber: Mashable/New York Times/Tumblr/Daily Mail/Huffington Post/ Washington Post/ Guardian/ Foxnews/ Angeles Times/ vivanews/ voaindonesia/ google image/ berbagai sumber lainnya)
No comments:
Post a Comment