Pembocor intelijen AS Edward Snowden menawarkan diri untuk membantu Brazil menyelidiki program spionase pemerintah AS terhadap Brazil dengan imbalan suaka politik.
Pada berita sebelumnya, NSA disinyalir telah menyadap informasi dan percakapan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudoyono saat diadakannya pertemuan G20 lalu (baca: Intelijen AS & Inggris: Sadap Presiden SBY di KTT G20, London (Snowden Part-4) ), kini giliran presiden Brasil Dilma Rousseff.
Badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) memata-matai komunikasi antara presiden Brasil dan Meksiko. Soal ini diungkapkan Fantastico, program berita Globo, media dari Brasil.
Laporan program berita Fantastico, Minggu (1/9/2013) malam, berdasarkan dokumen yang didapatkan Glenn Greenwald. Dokumen itu diperolehnya dari mantan kontraktor NSA, Edward Snowden.
Fantastico media dari Brasil ini, juga menunjukkan kepada negara Amerika Latin lainya yaitu Meksiko, bahwa apa yang dikatakan sebagai dokumen NSA sejak tanggal Juni 2012 lalu yang menampilkan bagian dari pesan tertulis yang dikirim Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, yang masih berstatus calon pada waktu itu. Dalam pesan itu, Pena Nieto mendiskusikan siapa yang dipertimbangkannya untuk menjadi menteri setelah ia nanti terpilih. (baca: Meksiko Berang AS Menyadap Negaranya)
Sebuah dokumen terpisah menampilkan pola komunikasi antara Presiden Brasil Dilma Rousseff dan penasihat utamanya, kata Fantastico. Namun tidak ada kata-kata tertulis terkait soal ini yang ditunjukkan dalam laporan Fantastico.
Menurut Fantastico, kedua dokumen itu merupakan contoh studi kasus NSA yang menunjukkan bagaimana data secara cerdas bisa disaring oleh badan intelijen Amerika Serikat itu.
Menteri Kehakiman Jose Eduardo Cardozo mengatakan kepada surat kabar O Globo bahwa isi dari dokumen tersebut, jika memang terkonfirmasi, “harus dianggap sebagai pelanggaran serius dan nyata terhadap kedaulatan Brasil.”
“Ini tidak hanya (pemata-mataan) terhadap Brasil, tetapi kedaulatan beberapa negara yang bisa dilanggar dalam cara yang sama sekali bertentangan dengan ketentuan hukum internasional, ” kata Cardozo.
Cardozo minggu lalu melakukan perjalanan ke Washington dan bertemu dengan Wakil Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya. Dalam kunjungan itu, ia mencari rincian lebih lanjut terkait pengungkapan Snowden sebelumnya yang menyatakan bahwa AS yang melakukan aksi spionase di Brasil.
Cardozo minggu lalu melakukan perjalanan ke Washington dan bertemu dengan Wakil Presiden AS Joe Biden dan pejabat lainnya. Dalam kunjungan itu, ia mencari rincian lebih lanjut terkait pengungkapan Snowden sebelumnya yang menyatakan bahwa AS yang melakukan aksi spionase di Brasil.
Dilma Rousseff dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan resmi pada Oktober untuk bertemu Presiden AS Barack Obama di Washington. Perjalanan itu digambarkan sebagai bentuk kehangatan hubungan Brasil-AS sejak ia menjabat pada 2011.
Juru bicara Rousseff tidak akan mengomentari soal tuduhan aksi spionase terbaru ini. Pejabat di istana kepresidenan Meksiko juga belum memberikan tanggapan atas pengungkapan oleh Fantastico ini.
Snowden, yang sebelum membocorkan dokumen soal program intelijen AS, kini tinggal di Rusia setelah mendapatkan suaka di sana. Fantastico mengakui dihubungi Snowden melalui Internet chatting. Namun Snowden mengatakan tidak bisa mengomentari isi laporan Fantastico karena alasan ada perjanjian suaka dengan pemerintah Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bersedia memberikan suaka asalkan Snowden berhenti membocorkan dokumen intelijen Amerika Serikat.
Presiden Brasil Tunda Lawatan ke AS
Presiden Brasil Dilma Rousseff memenuhi ancamannya untuk membatalkan pertemuannya dengan Presiden Barack Obama, terkait penyadapan intelijen AS terhadap negaranya.
Menurutnya, Obama tidak memberikan penjelasan yang memuaskan saat keduanya saat bertemu di KTT G20 di St. Petersbug.
Presiden Brasil Dilma Rouseff membatalkan kunjungan kenegaraan ke Amerika Serikat karena marah telah disadap oleh Badan Keamanan Amerika (NSA). Pertemuan Rouseff dan Presiden Barack Huseein Obama yang dijadwalkan berlangsung 23 Oktober 2013.
Padahal, menurut BBC, Selasa 17 September 2013, pihak Gedung Putih telah berusaha membujuk Rousseff melalui telepon Senin lalu.
Namun bujukan itu tidak ampuh, karena Selasa kemarin, tekad Rousseff sudah bulat untuk membatalkan kunjungan kenegaraan ke AS pada 23 Oktober mendatang tersebut.
“Mengingat semakin dekatnya waktu kunjungan kenegaraan ke Washington dan belum adanya laporan soal komitmen penghentian aksi penyadapan, maka kunjungan tidak bisa direalisasikan sesuai dengan rencana awal,” ujar kantor Kepresidenan Brasil.
Menurut perwakilan kantor kepresidenan Brasil, kunjungan kenegaraan dapat dilakukan jika masalah penyadapan ini telah diselesaikan dengan baik. Sementara Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney, mengatakan kunjungan Rousseff bukan dibatalkan, melainkan ditunda.
Obama Menyesali Aktivitas Intelijen AS
Menurut Carney, keduanya sepakat kunjungan kenegaraan seharusnya tidak diselimuti oleh isu bilateral apa pun. “Presiden telah paham dan menyesali kekhawatiran soal aktivitas intelijen AS yang dituduh telah menyadap Brasil. Dia telah berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan Rousseff dan hubungan diplomati kedua pemerintah tetap akan maju,” imbuh Carney.
Sebelumnya penasihat Keamanan Nasional Amerika Susan Rice sudah bertemu dengan perwakilan keamanan Brasil tapi keduanya tidak mencapai kesepakatan.
Surat kabar the Los Angeles Times melaporkan, Rabu (18/9/13), Gedung Putih dalam pernyataannya mengatakan Rousseff dan Obama telah sepakat untuk mengadakan pertemuan jika hubungan kedua negara tidak dalam ketegangan. Presiden Obama memahami dan menyesali kasus penyadapan itu dan membuat Brasil marah.
“Dia berjanji akan bekerja sama dengan Presiden Rouseff dan pemerintahannya untuk membahas isu di luar kasus ini supaya tidak membuat hubungan kedua negara memanas,” kata pernyataan Gedung Putih.
Beberapa hari lalu, kedua pemimpin negara sudah berbicara melalui sambungan telepon soal pembatalan kunjungan itu. Keduanya sepakat pertemuan kenegaraan tidak seharusnya dibayang-bayangi satu masalah di antara kedua negara.
“Menampar Obama tepat di wajahnya membuat Brasil lebih percaya diri dan bisa meningkatkan popularitas Rouseff. Dia akan menghadapi pemilu tahun depan,” kata David Fleischer, ahli ilmu politik di Universitas Brasilia.
Edward Snowden ungkap intelijen AS meretas info sejumlah negara Amerika Latin.
Awal bulan September 2013 stasiun televisi Brasil TV Globo melaporkan bahwa Badan Keamanan Negara (NSA) Amerika telah menyadap hubungan telepon dan sejumlah surat elektronik Presiden Brasil Dilma Rousseff dan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto.
Sepekan kemudian terungkap bahwa pemerintah Amerika berhasil mendapatkan kembali informasi soal pasar minyak, obat-obatan terlarang, dan gerakan politik di sejumlah negara Amerika Latin.
Skandal intelijen Amerika ini berhasil terkuak setelah pembocor rahasia NSA Edward Snowden mengungkapkan bahwa intelijen Amerika telah meretas informasi di sejumlah negara Amerika Latin.
Laporan penyadapan ini diungkap kali pertama oleh reporter harian Inggris, The Guardian, Glenn Greenwald, yang mewawancarai Edward Snowden. Snowden mengatakan bahwa badan intelijen NSA telah mengakses materi di dunia maya yang pernah diakses Rousseff.
Selain itu Snowden juga mengaku punya bukti bahwa komunikasi Rousseff dengan para staffnya turut disadap.
NSA selalu beralasan aksi penyadapan itu demi keamanan dalam negeri dan pencegahan tindak terorisme. Namun laporan terbaru yang diungkap Snowden menyebutkan, NSA secara ilegal mengakses data dari perusahaan minyak Brasil, Petrobas.
Perusahaan ini diketahui pada bulan depan akan melelang hak eksplorasi pengelolaan minyak di lepas pantai ibukota Rio De Janeiro. Rousseff mengatakan apabila tuduhan itu terbukti, maka NSA ikut terlibat dalam industri spionaese.
Dalam kunjungan kenegaraan ke AS, kedua pemimpin rencananya akan mencapai kesepakatan soal eksplorasi minyak dan teknologi bahan bakar bio. Selain itu direncanakan, Brasil akan membeli 36 buah pesawat tempur F-18 dari perusahaan Boeing di AS senilai US$4 miliar atau Rp43 triliun.
Snowden akan Bantu Brazil Ungkap Spionase AS Jika Diberi Suaka
Salah satu surat-kabar terbesar Brazil mengatakan telah memperoleh surat dari pembocor Badan Keamanan Nasional Amerika, Edward Snowden, yang memohon suaka politik dan menawarkan diri untuk membantu Brazil menyelidiki tindakan Amerika memata-matai Brazil.
Pembocor intelijen Amerika Edward Snowden menawarkan diri untuk membantu Brazil menyelidiki program spionase pemerintah Amerika di wilayahnya dengan imbalan suaka politik.
Snowden mengajukan tawaran itu dalam “surat terbuka bagi rakyat Brazil” yang pertama kali diterbitkan hari Selasa oleh surat kabar Folha de S. Paulo.
Dalam surat tersebut, Snowden membantah jaminan Amerika untuk pemerintah Brazil bahwa program pengintaian Badan Keamanan Nasional Amerika (NSA) sekadar pengumpulan data untuk membuat rakyat aman. Ia mengatakan program tersebut menyangkut kekuasaan, bukan terorisme.
Mantan kontraktor NSA itu sekarang tinggal di Rusia setelah diberi suaka sementara selama satu tahun pada Agustus 2013 lalu. Para pejabat Amerika telah meminta agar Snowden diekstradisi untuk menghadapi pengadilan atas tuduhan spionase, tetapi Rusia menolaknya.
Snowden yang berusia 30 tahun melarikan diri ke Moskow setelah membocorkan sejumlah besar dokumen rahasia yang merinci program pengintaian NSA. Ia juga telah mengajukan permohonan suaka ke sejumlah negara, termasuk Brazil.
Negara Amerika Selatan itu merupakan salah satu negara yang sangat berang dengan terungkapnya program NSA itu. Dokumen-dokumen itu mengungkapkan bahwa Brazil adalah sasaran utama NSA di Amerika Selatan dan bahwa spionase itu juga mencakup pemantauan ponsel Presiden Dilma Rousseff dan peretasan jejaring internal perusahaan minyak milik pemerintah Brazil, Petrobras. (tempo.co/voa-indonesia/Los Angeles Times/ TV Globo/ BBC))
No comments:
Post a Comment