Sunday, September 29, 2019

Anguttara Nikaya part 2

berakar pada kewaspadaan dan bertemu pada kewaspadaan dan
kewaspadaan dinyatakan sebagai yang terunggul di antaranya. [22]
(4) “Seperti halnya, di antara semua akar harum, orris hitam
dinyatakan sebagai yang terunggul di antaranya, demikian pula …
(5) “Seperti halnya, di antara semua inti kayu harum, kayu
cendana merah dinyatakan sebagai yang terunggul di antaranya,
demikian pula …
(6) “Seperti halnya, di antara semua bunga harum, bunga melati
dinyatakan sebagai yang terunggul di antaranya, demikian pula,dengan
kebijaksanaan. Kebencian … Delusi … Kemarahan … Permusuhan
… Sikap merendahkan … Sikap kurang-ajar [40].Akan tetapi, jika keserakahan menguasai bhikkhu
itu dan bertahan … keinginan jahat menguasai bhikkhu itu dan
bertahan, maka ia harus dipahami sebagai berikut: ‘Yang mulia ini
tidak memahami dalam suatu cara bahwa ia seharusnya tidak
memiliki keserakahan; karena itu keserakahan menguasainya dan
bertahan. Yang mulia ini tidak memahami dalam suatu cara bahwa
ia seharusnya tidak memiliki kebencian. Ia mampu mendorong
mereka dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi. (9) Ia mampu
mendorong mereka dalam pikiran yang lebih tinggi. (10) Ia mampu
mendorong mereka dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Seorang
bhikkhu yang memiliki kesepuluh kualitas ini boleh memberikan
penahbisan penuh.” [73].bhikkhu, sepuluh hal ini hidup melalui jasmani. Apakah
sepuluh ini? Dingin, panas, lapar, haus, buang air besar, buang air
kecil, pengendalian diri, pengendalian ucapan, pengendalian dalam
hal penghidupan seseorang, dan aktivitas pertumbuhan kehidupan
yang mengarah pada penjelmaan baru.95 Ini adalah kesepuluh hal
itu yang hidup melalui jasmani.”“Tetapi, jika, melalui pemeriksaan-diri demikian, seorang bhikkhu
mengetahui: ‘Aku sering tanpa kerinduan, tanpa niat-buruk, bebas
dari ketumpulan dan kantuk, tenang, bebas dari keragu-raguan,
tanpa kemarahan, tidak kotor dalam pikiran, tidak bergejolak dalam
jasmani, bersemangat, dan terkonsentrasi,segala sesuatu berakar dalam keinginan. (2)
Segala sesuatu menjadi ada melalui pengamatan. (3) Segala
sesuatu berasal-mula dari kontak. (4) Segala sesuatu itu bertemu
pada perasaan. (5) Segala sesuatu dipimpin oleh konsentrasi. (6)
Perhatian mengendalikan kekuasaan atasnya. (7) Kebijaksanaan
adalah pengawasnya. (8) Kebebasan adalah intinya. (9) Segala
sesuatu memuncak dalam tanpa-kematian. (10) Kesempurnaannya
adalah nibbāna.1) Persepsi ketidak-kekalan, (2) persepsi tanpa-diri, (3) persepsi
ketidak-menarikan, (4) persepsi bahaya, (5) persepsi meninggalkan,
(6) persepsi kebosanan, (7) persepsi lenyapnya, (8) persepsi
ketidak-senangan pada seluruh dunia, (9) persepsi ketidak-kekalan
dalam segala fenomena terkondisi, dan (10) perhatian pada
pernapasan.‘Bentuk
adalah tidak kekal, perasaan adalah tidak kekal, persepsi adalah
tidak kekal, aktivitas-aktivitas kehendak adalah tidak kekal,
kesadaran adalah tidak kekal.’ Demikianlah ia berdiam dengan
merenungkan ketidak-kekalan dalam kelima kelompok unsur
kehidupan yang tunduk pada kemelekatan. Ini disebut persepsi
ketidak-kekalan.ikian pula, pada seseorang
yang memiliki keyakinan … ketekunan dalam [melatih] kualitas-
kualitas bermanfaat, apakah siang atau malam menjelang, hanya
kemajuan dan bukan kemerosotan dalam kualitas-kualitas
bermanfaat yang menantinya.”‘Semoga aku dapat
dengan sabar menahankan dingin dan panas; lapar dan haus;
kontak dengan lalat, nyamuk, angin, panas matahari, dan ular; dan
gaya bicara yang kasar dan menyinggung. Semoga aku mampu.
(1) Bersenang dalam
kumpulan adalah duri bagi seorang yang bersenang dalam
kesendirian. (2) Mengejar objek yang menarik adalah duri bagi
seorang yang menekuni meditasi pada gambaran yang tidak
menarik. (3) Pertunjukan yang tidak selayaknya adalah duri bagi
seorang yang menjaga pintu-pintu indrianya. (4) Bergaul dengan
para perempuan adalah duri bagi kehidupan selibat. [135] (5)
Kebisingan adalah duri bagi jhāna pertama. (6) Pemikiran dan
pemeriksaan adalah duri bagi jhāna ke dua. (7) Sukacita adalah duri
bagi jhāna ke tiga. (8) Napas-masuk dan napas-keluar adalah duri
bagi jhāna ke empat. (9) Persepsi dan perasaan adalah duri bagi
pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan. (10) Nafsu adalah duri, kebencian adalah duri, dan delusi adalah duri. Berdiamlah
tanpa duri, para bhikkhu! Berdiamlah dengan tidak memiliki duri!
Para Arahant adalah tanpa duri. Para Arahant tidak memiliki duri.
Para Arahant adalah tanpa duri dan tidak memiliki duri.” Kekayaan adalah diharapkan, diinginkan, menyenangkan,
dan jarang diperoleh di dunia ini. (2) Kecantikan … (3) Kesehatan …
(4) Perilaku bermoral … (5) Kehidupan selibat … (6) Teman-teman
… (7) Pembelajaran … (8) Kebijaksanaan … (9) Kualitas-kualitas
baik … (10) Surga adalah diharapkan, diinginkan, menyenangkan,
dan jarang diperoleh di dunia ini. [136] Kesepuluh hal ini adalah diharapkan, diinginkan, menyenangkan, dan jarang diperoleh di
dunia ini.“Ada sepuluh hal [lainnya], para bhikkhu, yang merupakan
makanan bagi kesepuluh hal itu yang diharapkan, diinginkan,
menyenangkan, dan jarang diperoleh di dunia ini. (1) Rajin dan
berinisiatif adalah makanan bagi [diperolehnya] kekayaan. (2)
Menghias dan mempercantik diri adalah makanan bagi kecantikan.
(3) Melakukan apa yang berguna adalah makanan bagi kesehatan.
(4) Pertemanan yang baik adalah makanan bagi perilaku bermoral.
(5) Pengendalian atas organ-organ indria adalah makanan bagi
kehidupan selibat. (6) Ketulusan adalah makanan bagi pertemanan.
(7) Pelafalan adalah makanan bagi pembelajaran. (8) Kemauan
untuk mendengarkan dan mengajukan pertanyaan adalah makanan
bagi kebijaksanaan. (9) Mengerahkan diri dan refleksi adalah
makanan bagi kualitas-kualitas baik. (10) Praktik yang benar adalah
makanan bagi surga. Ini adalah kesepuluh hal [lainnya] yang
merupakan makanan bagi kesepuluh hal yang diharapkan,
diinginkan, menyenangkan, dan jarang diperoleh di dunia ini.” [137].,
keluhuran; ia adalah seorang yang pergi menuju kemerosotan,
bukan menuju keluhuran.“Para bhikkhu, setelah meninggalkan ketiga hal ini, maka
seseorang mampu meninggalkan kelahiran, penuaan, dan
kematian. Apakah tiga ini? Nafsu, kebencian, dan delusi. Setelah
meninggalkan ketiga hal ini, maka ia mampu meninggalkan
kelahiran, penuaan, dan kematian.
“Setelah meninggalkan ketiga hal ini, maka seseorang
mampu meninggalkan sikap tidak hormat, sulit dikoreksi, dan
pertemanan yang buruk. Apakah tiga ini? Sikap tidak tahu malu,
moralitas yang sembrono, dan kelengahan. Setelah meninggalkan
ketiga hal ini, maka ia mampu meninggalkan Sikap tidak hormat,
sulit dikoreksi, dan pertemanan yang buruk.7 (7) Burung Gagak
“Para bhikkhu, seekor burung gagak memiliki sepuluh kualitas
buruk. Apakah sepuluh ini? Ia bersifat merusak dan kurang ajar,
selalu lapar dan rakus, kejam dan bengis, lemah dan bersuara
parau, berpikiran kacau dan tamak. Seekor burung gagak memiliki
kesepuluh kualitas buruk ini. Demikian pula, seorang bhikkhu jahat
memiliki sepuluh kualitas buruk ini. Apakah sepuluh ini? Ia bersifat merusak dan kurang ajar, selalu lapar dan rakus, kejam dan bengis,
lemah dan bersuara parau, berpikiran kacau dan tamak. Seorang
bhikkhu jahat memiliki kesepuluh kualitas buruk ini.” [150].Adalah karena Sang Tathāgata terlepas,
terpisah, dan terbebas dari kelahiran … penuaan … kematian …
penderitaan … kekotoran maka Beliau berdiam dengan pikiran
yang bebas dari batasan-batasan.
“Seperti halnya bunga teratai biru, merah, atau putih, walaupun
terlahir di dalam air dan tumbuh di dalam air, menjulang ke atas air
dan berdiri tanpa dikotori oleh air,137 demikian pula, Bāhuna, adalah
karena Sang Tathāgata terlepas, terpisah, dan terbebas dari
kesepuluh hal ini maka Beliau berdiam dengan pikiran yang bebas
dari batasan-batasan.”Sang Tathāgata,
dikuasai oleh sikap merendahkan adalah satu kasus kemunduran.
(4) “‘Yang mulia ini bersikap kurang-ajar dan pikirannya sering
dikuasai oleh sikap kurang-ajar. Tetapi dalam Dhamma dan disiplin
yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata, dikuasai oleh sikap kurang-
ajar adalah satu kasus kemunduran.ara bhikkhu, ketika seorang bhikkhu adalah seorang yang
menghina dan meremehkan teman-temannya para bhikkhu,
seorang pencela para mulia, adalah tidak mungkin dan tidak
terbayangkan bahwa ia tidak akan mengalami paling sedikit satu di
antara sepuluh bencana ini. Apakah sepuluh ini? (1) Ia tidak
mencapai apa yang belum ia capai. (2) Ia jatuh dari apa yang telah
ia capai. (3) Kualitas-kualitas baiknya tidak dipoles.145 (4) Ia menilai
terlalu tinggi kualitas-kualitas baiknya, atau (5) menjalani kehidupan
spiritual dengan tidak puas, atau (6) melakukan pelanggaran kotor
tertentu, atau (7) mengidap penyakit parah, atau (8) menjadi gila dan kehilangan akal sehat. (9) Ia meninggal dunia dalam
kebingungan. (10) Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia
terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran yang
buruk, di alam rendah, di neraka.
melakukan perbuatan-
perbuatan berjasa, tetapi ia menggunakan kekayaannya dengan
terikat pada kekayaannya, tergila-gila padanya, dan secara
membuta tenggelam di dalamnya, tidak melihat bahaya di
dalamnya dan tidak memahami jalan membebaskan diri darinya – ia
dapat dipuji atas tiga dasar dan dikritik atas satu dasar.kenikmatan indria ini yang
terdapat di dunia, yang terunggul, yang terbaik, yang menonjol,
yang tertinggi, dan yang termulia adalah ia yang mencari kekayaan
dengan benar, tanpa kekerasan, dan membuat dirinya bahagia dan
gembira; dan membagi kekayaannya dan melakukan perbuatan-
perbuatan berjasa, dan ia menggunakan kekayaannya tanpa terikat
pada kekayaannya, tidak tergila-gila padanya, dan tidak secara
membuta tenggelam di dalamnya, melihat bahaya di dalamnya dan
memahami jalan membebaskan diri darinya.”“Jika, perumah tangga, ketika seseorang mencapai
kebebasan tertentu, kualitas-kualitas tidak bermanfaat bertambah
dan kualitas-kualitas bermanfaat berkurang, maka, Aku katakan, ia
tidak boleh mencapai kebebasan demikian. Tetapi jika, ketika
seseorang mencapai kebebasan tertentu, kualitas-kualitas tidak
bermanfaat berkurang dan kualitas-kualitas bermanfaat bertambah,
maka, Aku katakan, ia harus mencapai kebebasan demikian.”
“Dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, ia
melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali,
hina dan mulia, berpenampilan baik dan berpenampilan buruk, kaya
dan miskin, dan memahami bagaimana makhluk-makhluk
mengembara sesuai kamma mereka sebagai berikut: ‘Makhluk-
makhluk ini yang terlibat dalam perbuatan buruk melalui jasmani,
ucapan, dan pikiran, yang mencela para mulia, menganut
pandangan salah, dan melakukan kamma yang berdasarkan pada
pandangan salah, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian,
telah terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan kelahiran
yang buruk, di alam rendah, di neraka; meninggalkan aktivitas seksual, ia menjalani kehidupan selibat,
[205] hidup terpisah, menghindari hubungan seksual, praktik orang
biasa.
“Setelah meninggalkan ucapan bohong, ia menghindari ucapan
bohong; ia mengucapkan kebenaran, setia pada kebenaran; ia
a menghindari merusak benih dan tanaman. Ia makan sekali
sehari, menghindari makan pada malam hari dan di luar waktu yang
selayaknya. Ia menghindari tarian, nyanyian, dan musik
instrumental, dan pertunjukan-pertunjukan yang tidak selayaknya.
Ia menghindari menghias dan mempercantik dirinya sendiri dengan
mengenakan kalung bunga dan mengoleskan wangi-wangian dan
salep. Ia menghindari tempat tidur yang tinggi dan besar. Ia
menghindari menerima emas dan perak, beras mentah, daging
mentah, perempuan-perempuan dan gadis-gadis, budak laki-laki
dan perempuan, kambing dan domba, unggas dan babi, gajah,
sapi, kuda, dan keledai, lahan dan tanah. Ia menghindari menjadi
pesuruh dan penyampai pesan; menghindari membeli dan menjual;
menghindari menipu dengan timbangan, logam, dan takaran; [206]
menghindari menerima suap, menipu, curang, dan memperdaya. Ia
menghindari melukai, membunuh, mengikat, merampok,
merampas, dan kekerasan.(1) Pada seorang
dungu yang tenggelam dalam ketidak-tahuan, maka pandangan
salah muncul. (2) Pada seorang yang memiliki pandangan salah,
maka kehendak salah muncul. (3) Pada seorang yang memiliki
kehendak salah, maka ucapan salah muncul. (4) Pada seorang
yang memiliki ucapan salah, maka perbuatan salah muncul. (5)
Pada seorang yang memiliki perbuatan salah, maka penghidupan
salah muncul. (6) Pada seorang yang memiliki penghidupan salah,
maka usaha salah muncul. (7) Pada seorang yang memiliki usaha
salah, maka perhatian salah muncul. (8) Pada seorang yang
memiliki perhatian salah, maka konsentrasi salah muncul. (9) Pada
seorang yang memiliki konsentrasi salah, maka pengetahuan salah
muncul. (10) Pada seorang yang memiliki pengetahuan salah, maka
kebebasan salah muncul.Di sini, Guru Gotama, pada hari uposatha, para brahmana
mencuci kepala mereka dan mengenakan pakaian dari bahan linen.
Kemudian mereka melumuri tanah dengan kotoran sapi yang masih
basah, menutupnya dengan rumput kusa hijau, dan berbaring di
antara batasan dan rumah api. Sepanjang malam, mereka bangun
tiga kali, dan dengan hormat menyembah api: ‘Kami turun untuk
menghormati yang terhormat. Kami turun untuk menghormati yang
terhormat.’ 196 Mereka mempersembahkan ghee, minyak, dan
mentega secara berlimpah kepada api. Ketika malam telah berlalu,
mereka mempersembahkan makanan baik kepada berbagai jenis
brahmana. Dengan cara inilah, Guru Gotama, para brahmana
menjalankan festival paccorohaṇī.”
“Festival paccorohaṇī dalam disiplin Yang Mulia, brahmana,
sangat berbeda dengan festival paccorohaṇī para brahmana.”
“Tetapi bagaimanakah, Guru Gotama, festival paccorohaṇī
dalam disiplin Yang Mulia itu? Baik sekali.(146) “Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang
jalan gelap dan jalan terang198 … [245] … (147) … Dhamma yang
baik dan Dhamma yang buruk … (148) … Dhamma dari orang yang
baik dan dari orang yang jahat … (149) … Dhamma yang harus
dibangkitkan dan yang tidak boleh dibangkitkan … [246] … (150)
… Dhamma yang harus ditekuni dan yang tidak boleh ditekuni …
(151) … Dhamma yang harus dikembangkan dan yang tidak boleh
dikembangkan … (152) … Dhamma yang harus dilatih dan yang
tidak boleh dilatih … [247] (153) … Dhamma yang harus diingat
dan yang tidak boleh diingat … (154) … Dhamma yang harus
direalisasikan dan yang tidak boleh direalisasikan …sini, seseorang membunuh. Ia adalah pembunuh,
bertangan darah, terbiasa memukul dan kekerasan, tanpa belas
kasih pada makhluk-makhluk hidup.
(2) “Ia mengambil apa yang tidak diberikan. Ia mencuri kekayaan
dan harta milik orang lain di desa atau hutan.
(3) “Ia melakukan hubungan seksual yang salah. Ia melakukan
hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi
oleh ibu mereka, oleh ayah mereka, oleh ibu dan ayah, saudara,
saudari, atau kerabat mereka; yang dilindungi oleh Dhamma
mereka; yang memiliki suami; yang pelanggarannya menuntut
adanya hukuman; atau bahkan dengan seorang yang telah
bertunangan.20.memiliki pikiran berniat buruk dan kehendak membenci
sebagai berikut: ‘Semoga makhluk-makhluk ini dibunuh, dibantai,205
dipotong, dihancurkan, atau dibinasakan!’
(10) “Ia menganut pandangan salah, dan memiliki perspektif
keliru sebagai berikut: ‘Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang
dikorbankan, tidak ada yang dipersembahkan; tidak ada buah atau
akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada
dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-
makhluk yang terlahir kembali secara spontan; Seorang yang memiliki sepuluh kualitas
tidak berhasil … berhasil … (207) … tidak dimurnikan … dimurnikan
… (208) … tidak mengatasi keangkuhan … mengatasi keangkuhan
… (209) … tidak tumbuh dalam kebijaksanaan … tumbuh dalam
kebijaksanaan … (210) … menghasilkan banyak keburukan …
Bagi seorang yang mengetahui dan melihat segala sesuatu
sebagaimana adanya tidak ada kehendak yang perlu dikerahkan:
‘Semoga aku menjadi kecewa.’ Adalah sewajarnya bahwa seorang
yang mengetahui dan melihat segala sesuatu sebagaimana adanya
menjadi kecewa.
(10) “Bagi seorang yang kecewa tidak ada kehendak yang perlu
dikerahkan: ‘Semoga aku menjadi bosan.’ Adalah sewajarnya
bahwa seorang yang kecewa menjadi bosan.konsentrasi adalah tujuan dan manfaat dari kenikmatan; (5)
kenikmatan adalah tujuan dan manfaat dari ketenangan; (4)
ketenangan adalah tujuan dan manfaat dari sukacita; (3) sukacita
adalah tujuan dan manfaat dari kegembiraan; (2) kegembiraan
adalah tujuan dan manfaat dari ketidak-menyesalan; (1) ketidak-
menyesalan adalah tujuan dan manfaat dari perilaku bermoral.
Kualitas-kualitas baiknya tidak dipoles.240 (4) Ia menilai
terlalu tinggi kualitas-kualitas baiknya, atau (5) menjalani kehidupan
spiritual dengan tidak puas, [318] atau (6) melakukan suatu
pelanggaran kotor, atau (7) menghentikan latihan dan kembali
kepada kehidupan yang lebih rendah, (8) atau mengidap penyakit
parah, atau (9) menjadi gila dan kehilangan akal sehat. (10) Ia
meninggal dunia dalam kebingungan. (11.)“’Khattiya adalah yang terbaik di antara manusia
bagi mereka yang acuannya adalah kasta,
tetapi seorang yang sempurna dalam pengetahuan sejati dan
perilaku
adalah yang terbaik di antara para deva dan manusia.’Ketika seorang siswa mulia mengingat
Dhamma, pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, [330]
kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan
pada Dhamma.i, (1) ia tidak memiliki
pengetahuan akan bentuk; (2) ia tidak terampil dalam hal
karakteristik; (3) ia gagal menyingkirkan telur lalat; (4) ia gagal
merawat luka; (5) ia gagal mengasapi kandang; (6) ia tidak
mengetahui sumber air; (7) ia tidak mengetahui apa yang harus
diminumkan; (8) ia tidak mengetahui jalan; (9) ia tidak terampil
dalam hal padang rumput; (10) ia memerah susu sampai kering;
dan (11) ia tidak memberikan penghormatan lebih pada sapi-sapi
jantan itu yang merupakan induk dan pemimpin kelompok.mengetahui sumber air; (7) ia mengetahui apa yang harus
diminumkan; (8) ia mengetahui jalan; (9) ia terampil dalam hal
padang rumput; (10) ia tidak memerah susu sampai kering; dan (11)
ia memberikan penghormatan lebih pada sapi-sapi jantan itu yang
merupakan induk dan pemimpin kelompok. Dengan memiliki
sebelas faktor, seorang penggembala sapi mampu menjaga dan
menggiring sekelompok sapi.memiliki pengetahuan akan
bentuk; (2) ia terampil dalam hal karakteristik; (3) ia menyingkirkan
telur lalat; (4) ia merawat luka; (5) ia mengasapi kandang; (6).liat berwarna coklat kemerahan; kasiṇa air adalah semangkuk
air; kasiṇa warna adalah piringan warna.(1) seorang perempuan
yang dilindungi oleh sesama pengikut religius, (2) seorang yang telah
menikah atau bahkan yang telah diserahkan kepada seorang suami
sejak lahir atau sejak kanak-kanak, (3) seorang yang mana hubungan
seksual dengannya akan dikenai hukuman, dan (4) seorang gadis
yang telah dikalungi bunga oleh seorang laki-laki sebagai tanda
pertunangan.ihan dan moralitas, telah memurnikan kamma jasmani, ucapan,
dan pikirannya. Ia tanpa kemarahan dan permusuhan, telah
menghalau kantuk, melenyapkan kegelisahan dan kesombongan,
telah meninggalkan keragu-raguan, dan telah melampaui
keangkuhan. Ia penuh perhatian, memiliki pemahaman jernih, dan
tidak bingung. Kemudian ia melingkupi segala penjuru dan seluruh
dunia dengan pikiran cinta-kasih dan ketiga tanpa-batas.
Theragatha
lainnya.Seorang yang mengantuk, rakus,
Gemar tidur, bergulingan ketika berbaring,
Bagaikan babi yang kekenyangan:
Si dungu itu terlahir kembali lagi dan lagi.Bagaikan kayu yang dibuang di hutan.
Banyak orang yang iri padaku
Bagaikan makhluk-makhluk neraka yang iri
Pada seseorang yang pergi ke surga.
K.VP Pakkha
=K Mereka mati dan jatuh;
Terjatuh tetapi masih serakah, mereka kembali.
Apa yang harus dilakukan telah dilakukan,
Apa yang harus dinikmati telah dinikmati,
Kebahagiaan telah direalisasikan melalui kebahagiaan.Meninggalkan keduniawian adalah sulit, menetap di rumah
adalah sulit,
Dhamma adalah mendalam,
Dan uang sulit diperoleh.
Sekedar bertahan adalah sulit
Bagi kami yang menerima apa pun yang ada,
Maka kami harus senantiasa mengingat ketidakkekalan.Para bijaksana tidur dengan bahagia
Ketika mereka tidak melekat pada para perempuan;
Karena kebenaran sulit ditemukan di antara mereka,
Dan seorang yang harus selalu dijaga.Aku menggunakan pikiranku dengan tidak bijaksana,
Aku ketagihan pada perhiasan.
Aku angkuh, tidak konsisten,
Tersiksa oleh keinginan pada kenikmatan indriawi.Pikiran yang angkuh, ketagihan pada kenikmatan,
Menusuk dirinya sendiri dengan pancangnya sendiri,
Pikiran itu hanya pergi ke mana
Terdapat pancang, papan pemotong.
1<O Aku nyatakan engkau pikiran setan!
Aku nyatakan engkau pikiran busuk!
Engkau telah menemukan guru yang begitu sulit ditemui –
Jangan mengalihkan aku dari tujuan.Kelengahan adalah selalu ketidakmurnian,
Ketidakmurnian muncul dari kelengahan.
Dengan ketekunan dan pengetahuan,
Cabutlah anak panahmu sendiri.Aku mengetahui kehidupan lampauku;
Mata-batinku jernih,
Aku adalah seorang Arahant, layak menerima persembahan.
Terbebaskan, tanpa kemelekatan.
Lagi dan lagi, mereka menanam benih;
Lagi dan lagi, raja para dewa menurunkan hujan;
Lagi dan lagi, para petani membajak sawah;
Lagi dan lagi, panen dihasilkan untuk negeri.
4K1 Lagi dan lagi, para pengemis mengembara,
Lagi dan lagi, para penyumbang memberi,
Lagi dan lagi, ketika para penyumbang telah memberi,
Lagi dan lagi, mereka pergi ke tempat mereka di surga.Moralitas adalah kekuatan tanpa tandingan;
Moralitas adalah senjata terbaik;
Moralitas adalah hiasan terindah;
Moralitas adalah jubah tempur yang menakjubkan.
=<4 Moralitas adalah jembatan yang kuat;
Moralitas adalah aroma tanpa tandingan;
Moralitas adalah wewangian terbaik,
Yang menguar ke segala penjuru.
=<= Moralitas adalah perlengkapan terbaik;
Moralitas adalah perbekalan tak tertandingi dalam perjalanan;
Moralitas adalah kendaraan terbaik,
Yang membawamu ke segala arah.
=<H Dalam kehidupan ini mereka dikritik;
Setelah meninggal dunia mereka tidak berbahagia di alam
rendah;
Si dungu tidak berbahagia di mana pun,
Karena mereka tidak memiliki moralitas.Engkau layak menjadi seorang raja,
Seorang raja pemutar-roda, seekor banteng di tengah-tengah
para pahlawan,
Pemenang di empat penjuru,
Raja seluruh India.lam hal pengobatan mereka seperti dokter,
Dalam hal bisnis seperti perumah tangga,
Dalam hal riasan seperti pelacur,
Dalam hal kekuasaan seperti raja
JO> Kecurangan, tipuan,
Saksi palsu, kelicikan:
Mengunakan banyak rencana,
Mereka menikmati benda-benda materi.Bukan demi pengetahuan kehidupan lampau,
Juga bukan demi mata-dewa;
Bukan demi kekuatan batin,
Atau membaca pikiran makhluk lain,
Juga bukan demi mengetahui kematian dan
Kelahiran kembali makhluk-makhluk lain;
Bukan demi memurnikan kekuatan telinga-dewa,
Maka aku memiliki keteguhan.”
eher Sang Bijaksana Agung ini
Adalah penegakan perhatian;
Keyakinan adalah tangannya, dan kebijaksanaan adalah
kepalanya.
Dengan memiliki pengetahuan luas,
Beliau selalu mengembara, padam.
“Menetap di hutan yang menggemakan kicauan
Merak dan bangau,
Dan disukai oleh macan dan harimau,
Meninggalkan kepedulian pada jasmani, tanpa gagal!”
Demikianlah engkau mendorongku, pikiran.

No comments:

Post a Comment