Saturday, July 27, 2019

Khasiat Buah Ciplukan Yang Pernah Menyelamatkan Prajurit Romawi

Khasiat Buah Ciplukan Yang Pernah Menyelamatkan Prajurit Romawi

Dulu, buah ceplukan atau ciplukan (baca: ciplu’an), hanya dibiarkan saja tumbuh bagai semak bahkan dicabuti seperti tanaman hama. Di Indonesia ceplukan ini bisa dijumpai di banyak daerah. Tanaman ini tumbuh liar di lahan kosong, pekarangan rumah, atau tempat lain yang tanahnya tidak becek, baik di dataran rendah maupun tinggi.
Namun kini mulai diburu karana khasiatnya, jadi tak berlebihan karena harganya selangit. Di Brunei sebijinya bisa dihargai Rp10.000, sementara di salahsatu mall di kota besar seperti Jakarta sekilonya mencapai Rp500 ribu.
Ciri fisik secara umum
Sebagai tanaman menahun dari suku terung-terungan Solanaceae ini tumbuh tegak, bercabang cukup banyak, yang berambut pendek. Kalau tumbuhnya terlalu subur, sering cabangnya tidak mampu menahan beban daun dan buahnya yang bergelantungan banyak sekali, sampai mudah patah.
Bunganya yang muncul di “ketiak daun” berwarna putih kekuning-kuningan. Dari bunga ini kemudian tumbuh buah yang bentuknya mirip lentera, menggantung dengan warna hijau muda. Apa yang tampak dari luar itu sebenarnya hanya kulit buah yang agak transparan.
Di dalamnya mula-mula masih berongga, tapi kemudian terisi oleh bulatan buah yang sebenarnya, berupa berry(buah buni). Buah dalam kulit ini bisa dimakan, kalau kulitnya sudah menguning layu.
Mula-mula terasa agak getir, tapi kalau memang sudah masak akan terasa manis agak keasam-asaman. Enak juga, tapi kalau dimakan terlalu banyak, bisa menyebabkan orang yang bersangkutan mabuk.
Penyelamat prajurit Romawi
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/15/Roman_military_clothes_National_Military_Museum_Bucharest_Romania.jpg/399px-Roman_military_clothes_National_Military_Museum_Bucharest_Romania.jpg
Seorang model memakai pakaian Prajurit Romawi
Dalam buku Plantes Medicinalis karangan dua pakar botani asal Prancis, Volak dan Jiri Stoduca, mengisahkan bahwa Cieplukan sudah dikenal oleh orang Romawi sejak zaman kejayaan mereka ketika menjajah bangsa-bangsa Timur.
Dalam pertempuran Romawi vs. Kerajaan Iran (Roman–Persian Wars) berlokasi di Iran Selatan, banyak prajurit dari pihak Romawi yang menderita luka parah karena senjata tajam.
Untuk mengobati luka itu, mereka memakai tanaman obat tradisional yang terdapat di sekitar daerah pertempuran. Salah satu di antaranya ialah ceplukan itu, yang ternyata mujarab sekali.
Daunnya setelah dilumatkan ditempelkan pada luka para prajurit, dan orang yang bersangkutan juga memakan buahnya. Apa yang terjadi? Lukanya cepat sembuh!
Mereka begitu kagum akan kehebatan khasiat tanaman itu, sampai-sampai mereka menyebutnya sebagai tumbuhan physalis yang berarti “penyelamat”.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6f/Sarbaz_Nysa.jpg
Kepala patung tentara Parthian dari Kekaisaran Persia (Iran)
Walau akhirnya pasukan Romawi kalah oleh Persia, namun kata physalis itu kemudian sempat dijadikan kata sandi bagi pertempuran-pertempuran mereka berikutnya melawan Persia, karena pertempuran ini berlangsung berkali-kali selama bertahun-tahun.
Bahkan sampai sekarang, tanaman ini masih menyandang nama dari julukan yang diberikan pasukan Romawi, Ciplukan masuk ke marga tanaman Physalis.
Lalu sejumlah tanaman dan buahnya dibawa pulang ke Roma, sampai kemudian menjadi tanaman obat terkenal di seluruh dunia pada zaman itu.
Berdasarkan hasil analisis berabad-abad kemudian, ternyata buah tanaman itu mengandung vitamin C yang relatif tinggi. Lebih tinggi daripada buah anggur.
Diduga, itulah biang keladi penyebab daya penyembuhan luka yang begitu besar, seperti yang dialami para prajurit Romawi di pertempuran Iran pada masa silam. Selain itu terdapat kandungan asam sitrat dan fisalin dalam buahnya, juga terdapat pula alkaloid, asam malat, tanin, kriptoxantin dan gula buah.
Kostum Prajurit Romawi yang dikenakan dalam suatu festival.
Khasiat dan Manfaat Ceplukan 
Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai:
  • Anti-hiperglikemi
  • Anti-bakteri
  • Anti-virus
  • Imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator)
  • Anti-inflamasi
  • Anti-oksidan
  • Analgesik, dan sitotoksik
  • Sebagai peluruh air seni (diuretic)
  • Menetralkan racun
  • Meredakan batuk
  • Mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh, dan
  • Anti-tumor
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7f/Cameo_Shapur_Valerianus_Bab360_CdM_Paris.jpg/640px-Cameo_Shapur_Valerianus_Bab360_CdM_Paris.jpg
Kameo yang menggambarkan Perang Romawi-Persia, tampak kaisar Romawi, Valerianus (kiri), melawan raja Persia Sassaniyah, Shapur I (kanan).
Sementara itu, khasiat tanaman herbal ceplukan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti:
  • Diabetes mellitus. Ambil pohon ceplukan yang sudah berbuah cabut sampai akarnya, cuci bersih, layukan, setelah layu rebus dengan 3 gelas air hingga airnya tinggal 1 gelas, saring dan diminum 1 x sehari.
  • Sakit paru-paru, batuk rejan (pertusis), bronchitis (radang saluran napas), gondongan (paroritis), pembengkakan buah pelir (orchitis). Ambillah pohon ceplukan lengkap dari pohon, buah, daun, batang dan akarnya, cuci bersih, rebus dengan 3 – 5 gelas air hingga mendidih, saring, minum 3 x sehari 1 gelas setiap kali minum.
  • Ayan. Ambil 8 – 10 buitr buah ciplukan yang sudah masak. Dimakan setiap hari secara rutin.
  • Luka borok. Ambil 1 genggam daun ciplukan tambah 2 sdm air kapur sirih, tumbuk sampai halus, kemudian tempelkan pada bagian yang sakit.
  • Bisul. Ambil daun ceplukan sebanyak 1/2 genggam dicuci bersih lalu digiling halus. Tempelkan pada bisul, lalu dibalut. Diganti 2 kali sehari.
  • Influenza dan Sakit Tenggorokan. Tumbuhan ceplukan (semua bagian) yang sudah dipotong-potong seukuran 3-4 cm dijemur, lalu dibungkus agar tidak lembab lagi. Kemudian ambil kira-kira sebanyak 9-15 gram direbus, airnya diminum. Lakukan sebanyak 3 kali sehari, atau sesuai kebutuhan dan atau petunjuk resep.
Buah Ciplukan matang setelah kulit daun yang membungkusnya dilepas.
Tanaman yang dibawa para kolonial
Tenaman semusim yang tingginya hanya 10-80 cm ini bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika tropika. la didatangkan oleh orang Spanyol pada zaman penjajahan abad-17, ketika orang VOC masih merajalela bersaing dengan orang Spanyol dan Portugis untuk menjajah daerah kepulauan Nusantara.
Diduga yang berkenalan pertama kali dengan tanaman bawaan ini ialah orang Maluku, yang menyebutnya daun Boba, dan Minahasa yang menyebutnya Leietokan, karena merekalah yang pertama kali dilanda penjajah Spanyol dari Filipina.
Dari Maluku, ada yang kemudian mengenalkannya ke Jakarta (dikenal sebagai cecenet), Jepara (sebagai ceplukan), Madura (sebagai nyor-nyoran). Bali (keceplokan atau ciciplukan) dan Lombok (dededes). Dari Jakarta baru diperkenalkan ke Sumatra Timur (sebagai leletop).
Jenis yang mula-mula datang ialah Physalis angulatadan Physalis minima, yang kemudian tumbuh merajalela sebagai gulma di ladang kering, kebun buah-buahan, diantara semak belukar, dan tepi jalan. Bersama dengan itu dimasukkan pula sebagai tanaman hias Physalis peruviana dari daerah pegunungan Peru.
Armada Spanyol ke Maluku pada pelayaran Magellan dari Sungai Guadalquivir, Spanyol – 20 September 1519.
Tiga spesies Ciplukan di Indonesia
Tamanam Ciplukan ini termasuk tanaman keluarga atau family Solanaceae, yaitu keluarga terong-terongan, adalah salah satu suku tumbuhan berbunga. Suku ini memiliki nilai ekonomi cukup tinggi bagi kepentingan manusia.
Beberapa anggota family Solanaceae, seperti kentang, tomat, terong, paprika, berbagai cabai termasuk ciplukan ini, menjadi bagian utama bahan pangan manusia di berbagai belahan dunia. Khusus Ciplukan, di Indonesia terdapat tiga spesies yang tumbuh akibat kolonialisme pada masa lalu, yaitu:
  • Physalis angulata
Berumur satu tahun, tegak, tinggi bisa sampai 1 meter. Batang berusuk bersegi tajam dan berongga. Daun berbentuk bundar telur memanjang berujung runcing.
Jenis ini sangat mudah beradaptasi di dataran rendah dan tumbuh merajalela sebagai gulma di ladang dan sawah yang kering, termasuk di kebun buah-buahan, diantara semak belukar, hingga di tepi jalan.
  • Physalis minima
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/83/Physalis_minima_habit.jpg/209px-Physalis_minima_habit.jpg
Physalis minima, lebih pendek dan burumur hanya satu tahun.
Lebih rendah, tegak, tinggi tak sampai 1 meter, berumur satu tahun. Batang berusuk bersegi tajam dan berongga.
Memiliki rambut-rambut kecil yang panjang pada bagian-bagian batang dan daun yang berwarna hijau, sementara pada angulata berambut pendek atau gundul, terdapat tanda V di bawah noda pada leher mahkota tidak begitu jelas.
Walau juga ada spesies lainnya namun jenis ini paling banyak di Pulau Jawa. Mirip seperti Physalis angulata, jenis Physalis minima ini sangat mudah beradaptasi dan tumbuh merajalela sebagai gulma di ladang kering, kebun buah-buahan, diantara semak belukar, dan tepi jalan.
  • Physalis peruviana
Ciplukan ini berasal dari Peru, Amerika Tengah. Berbeda dengan jenis angulata dan minima, ceplukan Peru ini berupa tanaman menahun yang bisa hidup lebih dari satu musim.
Physais peruviana kemudian ada juga yang dibawa oleh orang Belanda VOC ke Eropa, tapi tidak diakui sebagai ceplukan asli Peru, melainkan kaapse kruisbes (atau cape goosberry).
Physais peruviana mudah dibedakan dari jenis yang lain karena jika matang berwarna oranye, bunganya mencolok sekali dan lebih besar, dengan bintik-bintik cokelat tua.
Karena besarnya inilah ia di daerah Parahyangan disebut cecenet badak, dan cecenet gunung(karena hanya mau tumbuh di pegunungan). Oleh orang Belanda pada zaman dulu, buah itu selain dimakan segar juga dijadikan selai yang enak untuk mengisi roti bakar.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f3/Solanales_-_Physalis_peruviana_2.jpg
Physalis peruviana ketika sudah matang.
Mereka mengira bahwa tanaman Ciplukan ini hidup asli di wilayah Kaap de Goede Hoop (Tanjung Harapan) di ujung selatan benua Afrika.
Karena disana mereka bermukim cukup lama, sebagai tempat mendirikan benteng persinggahan dan pelabuhan peristirahatan untuk mengisi bahan makanan dan air tawar, guna perjalanan berikutnya. Sampai sekarang jenis peruviana ini masih terkenal sebagai cape gooseberry.
Dari bentuknya yang seerti lentera, tumbuhan Ciplukan dari spesies Physalis alkekengi yang ada di Cina Tiongkok juga dikenal dengan nama Chinese Lantern Plants (tanaman lentera Cina) dan berwarna merah atau jingga. Dengan nama yang banyak ini, buah asam manis itu kini tak hanya jadi favorit orang Amerika, namun juga di banyak negara.
Tapi Amerika sendiri kini mampu menghasilkannya sebagai tanamah hortikultura rakyat di negeri mereka sendiri. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?(©IndoCropCircles.com/berbagai sumber)
Pustaka:
https://i.pinimg.com/736x/1f/58/b1/1f58b1907927fb46d471aca360610b6c--flower-plants-garden-plants.jpg
Ciplukan spesies Physalis alkekengi yang ada di Cina Tiongkok juga dikenal dengan nama Chinese Lantern Plants (tanaman lentera Cina)

No comments:

Post a Comment