Antibiotik Super ada di Darah Panda
Panda adalah salah satu hewan langka yang perlu dilestarikan. Kini ada alasan lain kenapa panda memang benar-benar harus dilindungi, yaitu adanya penemuan peneliti yang menyebutkan bahwa darah panda bisa dijadikan bahan antibiotik super.
Seperti yang dilansir dari Huffington Post (02/01), peneliti dari Life Sciences College of Nanjing Agricultural University di China menemukan kalau darah panda mengandung peptida yang bisa disintesis untuk menciptakan agen anti mikroba yang sangat ampuh.
Para peneliti juga menuturkan kalau cathelicidin-AM, komponen yang ditemukan dalam darah mamalia, bisa diproses menjadi bahan obat dan anti mikroba.
“Meningkatnya mikroorganisme yang kebal terhadap antibiotik saat ini membuat penciptaan obat yang baru perlu dilakukan secepatnya. Sementara gen anti mikroba punya peran penting dalam menyusun kekebalan alami dalam melawan mikroorganisme berbahaya. ,” tulis salah satu peneliti, Xiuwen Yan, dalam jurnal Gene.
Menurut situs Discovery News, penelitian ini tidak akan membuat para ahli menyuntik panda-panda langka untuk diambil darahnya. Sebab mereka sudah mengembangkan cara untuk melakukan sintesis peptida dalam laboratorium.
Darah Panda Basmi Bakteri dalam Satu Jam
Gerakan konservasi menyelamatkan populasi panda semakin mendesak untuk dilakukan. Setelah sebuah hasil penelitian menyebut darah dari panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) mengandung antibiotik yang potensial menumpas jamur dan bakteri pada manusia.
Komponen utama dalam darah panda disebut cathelicidin-AM dan ditemukan pasca menganalisa DNA mereka. Senyawa ini diketahui bisa membunuh bakteri dalam waktu kurang dari sejam. Sementara antibiotik lain membutuhkan waktu enam jam untuk melakukan tugas serupa –melumpuhkan bakteri.
Xiuwen Yan, pemimpin peneliti di Life Sciences College of Nanjing Agricultural University, Cina, menyatakan bahwa hal ini menunjukkan adanya potensi aktivitas antimikroba terhadap spektrum yang luas dari mikro-organisme, termasuk bakteri dan jamur.
“Antimikroba peptida dari gen yang dikodekan memainkan peran penting dalam imunitas bawaan terhadap mikro-organisme berbahaya. Mereka menimbulkan resistensi obat jauh lebih sedikit dibanding dari antibiotik konvensional,” kata Yan, Rabu (2/1/2013).
Namun, mengingat jumlah panda yang hanya tersisa 1.600 individu di alam liar, para peneliti memutar otak demi memenuhi suplai cathelicidin-AM. Yakni dengan merancang senyawa buatan di laboratorium.
Para peneliti melakukan hal ini dengan menguraikan kode gentika panda menjadi molekul mungil yang diketahui bernama peptida. Diketahui lebih dari 1.000 peptida antimikroba ditemukan dari hewan, tumbuhan, dan mikro-organisme.
“Hasil analisa menyebutkan bahwa cathelicidin panda memiliki hubungan evolusi terdekat dengan cathelicidin yang dihasilkan anjing,” papar Yan. (Huffington Post/merdeka/Zika Zakiya/National Geographic Indonesia)
No comments:
Post a Comment